728x90 AdSpace

Latest

Senin, 18 Desember 2017

TINJAUAN MENGENAI BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH ULTISOL DAN POTENSINYA UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT DI PT. UNI PRIMACOM KALIMANTAN TENGAH


Latar Belakang

Kelapa sawit (Oil Palm, Elaeis guineensis) adalah salah satu tanaman produktif daerah tropis yang amat penting di Indonesia. Dalam kehidupan modern sehari-hari kita saat ini, sumber energi yang aman dan mudah digunakan adalah mutlak adanya. Salah satu yang memenuhi syarat tersebut adalah minyak bumi. Kelapa sawit yang mulanya berasal dari Afrika tropis memiliki produktivitas yang jauh lebih tinggi daripada tumbuhan sejenis yang juga memproduksi minyak lemak. Peningkatan produksi perkebunan terutama kelapa sawit beberapa tahun terakhir ini sudah dapat dirasakan dan memberi sumbangan yang besar bagi negara terutama swasembada pangan. Hal tersebut terutama tidak lepas dari usaha perluasan areal perkebunan yang dikenal dengan sebagai usaha ekstensifikasi pada lahan-lahan kering, lahan bukaan baru, maupun daerah rawa bergambut. 
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam usaha ekstensifikasi perkebunan kelapa sawit adalah memperhatikan dan mengetahui potensi dari jenis tanah pada masing-masing lahan yang akan dijadikan perkebunan, karena jenis tanah akan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan lahan dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produktifitas kelapa sawit.
Tanaman kelapa sawit memiliki respon yang baik terhadap kondisi lingkungan hidup dan perlakuan yang diberikan. Seperti tanaman budidaya lainnya, maka kelapa sawit membutuhkan kondisi tumbuh yang baik agar potensi produksinya dapat dikeluarkan secara maksimal. Kondisi iklim dan tanah merupakan faktor utama disamping faktor lainnya seperti genetis, perlakuan yang diberikan dan lain-lain.
Tanah Ultiosl di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil (sekitar 1,7 juta atau 5%) di Pulau Jawa, terutama di wilayah Jawa Barat (Hardjowigeno,1985). Melihat luasnya tanah ultisol yang berada di Kalimantan Tengah maka usaha ekstensifikasi untuk pembukaan areal perkebunan kelapa sawit perlu meninjau sifat dari tanah ultisol tersebut sehingga dapat diketahui baik kelas tanah, kelas kesesuaian lahan serta potensi produksinya.

B. Tujuan Kegiatan 
1. Tujuan Umum
1. Agar mahasiswa memperoleh pengalaman kerja dari lokasi praktek kerja lapangan tersebut
2. Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hubungan antara teori dan penerapan serta dapat sebagai bekal jika mahasiswa terjun ke masyarakat.
3. Agar mahasiswa memperoleh ketrampilan kerja dan pengalaman yang praktis secara langsung, dapat menjumpai serta merumuskan dan memecahkan permasalahan yang ada dalam kegiatan pertanian.
4. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi, pemerintah, instansi terkait dan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan mutu pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi.

2. Tujuan Khusus
Meninjau mengenai sifat-sifat dari tanah ultisol dan potensinya untuk tanaman kelapa sawit guna menunjang usaha ektensifikasi dan meningkatkan produktifitas kelapa sawit.

C. Waktu dan Tempat Praktik Lapangan
1.   Waktu Pelaksanaan :
Praktik lapangan ini dilaksanakan mulai tanggal 21 Juli 2005 sampai dengan 28 Agustus 2005.
2.   Tempat Pelaksanaan
Praktik lapangan ini dilaksanakan di Perkebunan PT.UNI PRIMACOM Parenggean Kalimantan Tengah.

TINJAUAN PUSTAKA


A.    Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jaqc) menghendaki dataran rendah yang banyak mendapat sinar matahari. Dataran tinggi lebih dari 500 m dpl kurang baik untuk pertanaman kelapa sawit. Curah hujan optimal 2000 – 3000 mm tiap tahun dengan musim kemarau yang jelas serta perlu pengaturan drainase yang sempurna supaya tidak ada air yang menggenang. Persyaratan tersebut harus dapat terpenuhi untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil kelapa sawit yang optimal (Sadjad, 1995).

Dalam hal tanah, tanaman kelapa sawit tidak menuntut persyaratan terlalu banyak karena dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah ( podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol). Meskipun demikian kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing tanah tidaklah sama. (Darwis, 1986).

B.     Tanah Ultisol
Tanah merupakan salah satu faktor ekologi yang penting diperhatikan guna keberhasilan usahatani kelapa sawit, disamping iklim. Sama halnya dengan untuk tanaman lainnya, kedua faktor ekologi ini yaitu iklim dan tanah hendaklah dalam keadaan yang menguntungkan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Walaupun semua unsur iklim berada dalam kondisi optimum, kelapa sawit tidak akan tumbuh baik, bila tanah tidak memenuhi syarat (Darwis, 1986).

Dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh adalah sifat kimia dan sifat fisik tanah.
1.   Sifat kimia tanah      
Sifat kimia tanah secara sederhana adalah keasaman tanah dan komposisi kandungan hara mineral yang ada dalam tanah. Sifat kimia tanah mempunyai arti cukup penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang istimewa sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan. Pemupukan dengan dosis yang tepat sangat membantu pertumbuhan tanaman kelapa sawit sehingga akan meningkatkan produksinya. Walaupun begitu, tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kelapa sawit. Sedangkan keasaman tanah menentukan ketersediaan  keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,0 – 6,5 . sedangkan pH optimumnya adalah 5 – 5,5.
Sifat fisik tanah yang baik lebih dikehendaki tanaman kelapa sawit daripada sifat kimianya. Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah dan kedalaman permukaan air tanah. Secara ideal tanaman kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, mempunyai solum yang dalam tanpa lapisan padas, teksturnya mengandung liat dan debu 25-30%, datar, serta berdrainase baik
(Anonim, 2000). Menurut Sitorus (1989) tanah podsolik mempunyai sifat fisik kimia seperti pH rendah (masam), miskin unsur hara, yang pada umumnya terdapat pada berbagai jenis bahan induk seperti tufa  masam, batuan pasir (sandstones) atau endapan kuarsa, dan peka terhadap erosi. Tanah podsolik pada umumnya mempunyai tingkat kesuburan dan produktifitas rendah. Hal ini disebabkan oleh karena sifat fisik dan kimia dari tanah tersebut. Beberapa sifat kimia yang menjadi kendala kalam usaha pertanian, terutama tanaman pangan adalah kandungan hara fosfor, nitrogen, kalium, kalsium, magnesium, belerang, seng yang rendah, keracunan aluminium dan mangan untuk lahan kering dan keracunan besi pada persawasahan. Kekahatan P merupakan kendala utama kesuburan pada tanah Podsolik Merak Kuning (PMK). Beberapa kendala sifat fisik pada tanah podsolik adalah lapisan atas tanah (top soil) tipis, lereng >8%, struktur tanah kurang gembur, konsistensi padat dan aerasinya buruk (Suwardjo et al. 1984). Keadaaan fisik tersebut ditunjang curah hujan yang cukup tinggi dengan rata-rata 1.900-3.200 mm/tahun sehingga tanah peka terhadap erosi. Untuk mencegah terjadinya degradasi yang diakibatkan oleh erosi dan untuk mempertahankan produktifitas lahan, maka perlu dilakukan pemilihan pola usaha tani/pola tanam yang tepat, serta tindakan konservasi tanah dan air yang sesuai sehingga erosi yang terjadi lebih kecil dari erosi yang dapat dibiarkan (Sinukaban et al. 1984 dalam Mulyani 1994). Tiap kelas penggunaan tanah memerlukan teknik pengawetan tanah tertentu. Adapun teknik pengawetan tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama, yaitu (1) metoda vegetatif, (2) metoda mekanik dan (3) metoda kimia (Arsyad, 1983).




III.  TATA LAKSANA PRAKTIK LAPANG

A.    Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan praktik lapang ini dilaksanakan mulai tanggal 21 Juli sampai 28 Agustus 2005, di Perkebunan PT.UNI PRIMACOM Kalimantan Tengah.
B.     Metode Pelaksanaan Praktik Lapang
Metode yang digunakan dalam Praktik lapang ini ialah sebagai berikut:
1.   Metode Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung mengenai kondisi umum di lapang, teknik-teknik budidaya tanaman kelapa sawit, teknik Pengelolaan air dan keadaan tanah pada lahan PT.UNI PRIMACOM.
2.   Metode Praktik
Melaksanakan Praktik Kerja secara langsung meninjau sifat fisika tanah pada lahan dengan pembuatan pedon dan pengambilan sampel tanah pada tiap divisi.
3.  Metode Wawancara
Penggalian informasi tentang jenis tanah, keadaan lahan, cuaca, kendala-kendala dan lainnya secara langsung dengan kepala divisi, tenaga kerja, Staff atau karyawan, petugas, serta Instruktur di lokasi perkebunan.
4.   Studi pustaka
Mempelajari dasar teori  yang dapat membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan praktikum lapang.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

 
A.  Kondisi Umum PT Uni Primacom
1.      Sejarah
Kebun kelapa sawit PT uni Primacom dimiliki oleh Bapak Widjoyo Sujono (Purnawirawan Jenderal TNI) yang sekaligus sebagai Pimpinan Dewan Komisaris. Direktur Utamanya dipegang oleh Ibu Eny Lukitaning Diah. Pada tahun 1982 Bapak Widjoyo Sujono bersama rekan-rekannya membentuk group perkebunan “Asam Jawa” yang berdomisili di Sumatra. Group Asam Jawa inilah yang merupakan cikal bakal berdirinya PT Uni Primacom. Pada tahun 1994 group Asam Jawa mengembangkan perusahaannya membentuk PT Musirawas dan PT Uni Primacom. Dan baru pada tahun 1996 PT Uni Primacom terbentuk yang berlokasi di Kalimantan Tengah. PT Uni Primacom kegiatan pembibitan dan penanamannya baru terlaksana pada tahun 1997. Dalam pengelolaannya, PT Uni Primacom telah berganti 4 kali kepemimpinan (Estate Manajer), yaitu Bapak Gissau Subroto, Bapak Anwaryono, Bapak Krisna Pramono dan terakhir Bapak Moerdijoko Endro P, SP sampai sekarang. Pada tahun 2004 PT Uni Primacom telah memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit sendiri. Saat ini PT Uni Primacom memiliki luasan areal 2790 hektar dan akan dikembangkan lagi sampai 4000 hektar.
2.      Geografi

Perkebunan kelapa sawit PT Uni Primacom terletak di Desa Barunang Miri Kecamatan Parenggean Kabupaten Kota Waringin Timur Kalimantan Tengah. Secara geografis letak PT Uni Primacom yaitu disebelah selatan berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit eks PT Transindo, sebelah barat dengan PT Makin Group, Sebelah Utara dengan PT KMB, dan sebelah timur dengan PT SSP Merbau. PT Uni Primacom terbagi menjadi 5 divisi, yaitu divisi H, divisi I, divisi J, Divisi K dan divisi Pengembangan. Masing-masing divisi dibagi menjadi beberapa blok sebagai tempat penanaman kelapa sawit dan setiap blok luasnya rata-rata 30 Ha. Untuk setiap 1 Ha luasan blok tersebut terdapat rata-rata 136 pokok kelapa sawit.
PT Uni Primacomberada di daerah khatulistiwa sehingga iklimnya tropis dimana cocok untuk pertumbuhan tanaman kelepa sawit. Secara umum kondisi iklim yang cocok bagi pertumbuhan kelapa sawit terletak antara      150 LU – 150 LS.
a.       Curah hujan
Tabel 4.1   Data curah hujan di perkebunan kelapa sawit PT Uni  Primacom (mm)
Bulan
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
     27,04
   231,00
   160,00
   264,50
   208,40
   191,00
     98,50
     32,00
   172,50
   318,50
   415,50
   139,50
   295,50
   216,70
   289,30
   456,00
   246,50
   262,00
   262,00
   119,50
   238,50
   710,00
   209,00
   170,00
   345,00
   184,50
   482,00
   374,00
   115,00
   237,50
     28,00
     65,00
   137,50
     80,00
   443,50
   240,00
   172,00
   260,00
   230,00
   386,80
     61,40
   273,80
   146,20
     89,00
   158,00
   178,00
   304,00
   350,00  
   352,25
   259,88
   305,25
   258,20
   351,00
     47,63
   182,25
-
   189,25
     36,56
   400,68
   268,75
Total
2.258,44
3.475,00
2.730,00
2.609,00
2.651,69
Sumber : Data Sekunder PT Uni Primacom.
Curah hujan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit rata-rata yaitu 2000 – 2500 mm/tahun. Dari data curah hujan di PT Uni Primacom menunjukkan rata-rata curah hujan yang mencukupi untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit.

b.  Sinar matahari
Lama penyinaran optimum yang diperlukan tenaman kelapa sawit yaitu antara 5 – 7 jam/hari. PT Uni Primacom lama penyinarannya berkisar antara 6 – 9 jam/hari.
c.  Suhu
Suhu optimum yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman kelapa sawit berkisar antara 290 – 300 C.  Kebun PT Uni Primacom suhunya berkisar antara 300 – 320 C. Suhu ini berpengaruh terhadap masa pembungaan dan kematangan buah.
d.  Kondisi tanah
Secara ideal tanaman kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, mempunyai solum yang dalam tanpa lapisan padas, teksturnya mengandung liat dan debu 25 – 30 % dan berdrainase baik. Topografi yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit yaitu  areal dengan kemiringan antara 00 – 150.
Tanah kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di banyak jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan (drainase baik). Di lahan-lahan yang permukaan air tanahnya tinggi atau tergenang, akar akan busuk. Selain itu, pertumbuhan batang dan daunnya tidak mengidentifikasikan produksi buah yang baik. Kesuburan tanah bukan merupakan syarat mutlak bagi perkebunan kelapa sawit. Tanah di PT.Uni Primacom sebagian besar adalah jenis tanah ultisol (podsolik merah kuning). Tanah tersebut memiliki sifat fisik diantaranya memiliki tekstur liat pasiran.
3.      Organisasi Instansi PT Uni Primacom
Perkebunan kelapa sawit PT Uni Primacom merupakan salah satu perkebunan swasta di Indonesia. Kebun ini dimiliki oleh Bapak Widjoyo Sujono yang sekaligus sebagai pimpinan Dewan Komisaris. Untuk pengelolaannya diserahkan kepada yaitu Ibu Eny Lukhitaning Diah yang juga sebagai Direktur Utama. Manajemen kebunnya diserahkan kepada seorang Estate Manager yang dipegang oleh  Bapak Moerdijoko Endro P. SP. 

B.     Uraian Kegiatan Praktik Lapangan
1.       Kamis 21 Juli-Selasa 02 Agustus 2005
Pada minggu pertama sampai dengan minggu ketiga, mahasiswa PL ditempatkan di Basecamp PT Uni Primacom yang berada di sekitar areal kantor pusat. Dalam minggu-minggu tersebut mahasiswa PL diberikan materi pembekalan tentang kelapa sawit yang meliputi Land Clearing (LC), pancang tanam, Legume Cover Crop (LCC), pembibitan, perawatan tanaman kelapa sawit Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) secara manual dan chemis, panen serta pasca panen. Selain diberikan materi pembekalan tersebut, mahasiswa PL juga diberikan materi lapangan yang berupa sensus pokok kelapa sawit serta diberi tugas untuk melaksanakan sensus tersebut. Tujuan dari kegiatan sensus tersebut yaitu untuk  mengetahui populasi tanaman per hektar ataupun per blok (tanaman hidup) dan untuk mengetahui lahan-lahan kosong/tidak ada tanamannya pada suatu blok sehingga memungkinkan diadakaannya kegiatan penyisipan tanaman kelapa sawit pada lahan kosong tersebut. Mahasiswa PL melakukan sensus di blok-blok pada divisi Pengembangan, H, I, J dan K, dimana yang paling banyak dilakukan kegiatan sensus oleh mahasiswa PL yaitu di divisi Pengembangan dimana tanaman kelapa sawitnya belum menghasilkan (TBM).
2.       Kamis 06-12 Agustus 2005
Pada minggu-minggu ini mahasiswa PL sudah mulai ditempatkan di divisi-divisi yang ada di PT Uni Primacom. Adapun kegiatan yang dilaksanakan di tiap-tiap divisi ini diarahkan sesuai dengan tema praktik lapang dari masing-masing mahasiswa PL. Penulis pada minggu tersebut melakukan kegiatan pengamatan (observasi) pada beberapa blok pada divisi H,I,J,K dan divisi Pengembangan. Kegiatan tersebut bertujuan antara lain mengetahui kondisi baik tanah, topografi, pengairannya dan dapat menentukan lokasi pengambilan sampel tanah yang dapat mewakili dari tiap divisi untuk diketahui sifat-sifat fisika tanahnya.
3.        Minggu 20 Agustus 2005
Pada hari tersebut penulis melakukan kegiatan yaitu pembuatan pedon (profil tanah berdimensi tiga) di divisi Pengembangan, dengan pertimbangan bahwa di divisi tersebut ada beberapa tempat yang belum diadakan pengolahan tanah, sehingga keadaan tanahnya masih pada keadaan yang mendekati alami.
4.       Senin 21 Agustus 2005
Melakukan pengamatan terhadap sampel-sampel tanah yang diambil sebagai contoh serta mencari data-data penunjang guna penyusunan laporan sementara yang selanjutnya akan dipakai sebagai dasar presentasi.
5.       Rabu 23 Agustus 2005
Melakukan konsultasi dengan pembimbing lapangan, yang beliau adalah Bapak Bangun Budi P selaku Kelapa Divisi H dengan tujuan penyempurnaan laporan sementara.
6.       Minggu 28 Agustus 2005
Pada tanggal tersebut penulis mempresentasikan hasil Praktik Lapang di depan seluruh kepala divisi dan bersama-sama dilakukan evaluasi terhadap hasil Praktik Lapang.


C.    Evaluasi Kegiatan
Tanah ultisol pada perkebunan PT.Uni Primacom adalah sebagai berikut :

Keterangan :
1.      A1      :Horison/ Lapisan tanah atas(top soil),dengan kandungan humus dan    bahan organik.
2.      A2/E  :Lapisan Elluviasi (pencucian) liat yang intensif
3.      Bt      :Horison B yang mengandung akumulasi liat silika, (bahan dasar silikat  Si,O,Al,Fe). Terdapat lapisan pasir kuarsa keras.
4.      Btv    :Selain mempunyai akumulasi liat yang tinggi juga mengandung    plinthite
5.      R      :Batuan Induk
Tabel 4.2 Deskripsi Tiap Lapisan Tanah Ultisol
Keterangan
Lapisan/ Horison
A1
A2
Bt
Btv
Kedalaman

Warna Tanah


Konsistensi (Lembab)

Tekstur
(0-15 cm)

Hitam


Gembur


Pasir kasar, liat
(15-47 cm)

Keabu-abuan sampai dengan kekuningan
Kokoh


Liat pasiran, lempung
(47-78 cm)

Merah kecoklatan

Kokoh


Liat lempung
(78-118 cm)

Coklat pucat


Sangat kokoh


Lempung, liat

Sumber : Laporan sementara
Dari hasil dilapangan dalam tabel  deskripsi tanah ultisol di atas, maka dapat diketahui kriteria dari potensi lahan tersebut dengan melihat tabel di bawah ini.
Tabel 4.3   Kriteria Potensi Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit menurut Kelasnya (sifat fisik).
Keadaan
Kelas Lahan
 Baik ( I )
Sedang ( II )
Kurang Baik ( III )
 Tidak Baik ( IV )
Tinggi (m)
Topografi

Lereng
Solum (cm)
Dalam Air (cm)
Tekstur
Organik (cm)
Batuan
Erosi
Drainase
Banjir
Pasang surut
0-400
datar-ombak

0-15
> 80
> 80
L-lli
5-10
dalam
t.a
baik
t.a
t.a
0-400
datar-gelombang
16-25
80
60-80
lip-li
5-10
dalam
t.a
baik
t.a.
t.a
0-400
berbukit

25-36
60-80
50-60
plli
5-10
dalam
t.a
agak baik
t.a
t.a
0-400
curam

> 36
< 60
40-50
p
> 5
dalam
sedikit
agak baik
sedikit
ada
Sumber : Kudadari, A.D., Purba, P dan Adlin Lubis (1982) : Kesesuaian tanah dan iklim untuk tanaman kelapa sawit (130).
(l : lempung; Li : Liat; p : pasir)

Dari hasil pengamatan di Perkebunan PT.Uni Primacom terlihat bahwa tanah ultisol pada areal perkebunan tersebut termasuk dalam kelas III (Kurang baik). Sesuai tabel 4.3 dan deskripsi dari tiap lapisan tanah ultisol.
Dari berbagai unsur kemampuan lahan yang terpenting adalah iklim, topografi, keadaan fisik dan kimia tanah, erosi, drainase dan faktor penting lainnya disusun suatu klasifikasi kemampuan lahan. Disini dibedakan empat kelas tanah/ lahan dengan masing-masing potensinya. Tujuan disusunnya klasifikasi potensi ini adalah :
  1. Agar sebelum dan sesudah operasi pembukaan lahan, telah diketahui hambatan-hambatan yang akan timbul.
  2. Agar pengusaha mengetahui potensi lahannya untuk penyusunan perencanaan produksi, perencanaan pabrik, pemasaran dan lain-lain (Anonim).
Tingkat Kesesuaian Lahan
Tabel 4.4 Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit pada Tanah  Mineral
No
Karakteristik Lahan
Simbol
Intensitas faktor Pembatas
Tanpa (0)
Ringan (1)
Sedang (2)
Berat (3)
1
Curah hujan (mm)
h
1.750-3000
1.750-1.500
> 3.000
1.500-1.250
< 1.250
2
Bulan Kering (bln)
k
< 1
1-2
2-3
> 3
3
Ketinggian (mdpl)
l
0-200
200-300
300-400
> 400
4
Bentuk kemiringan lereng (%)
w
Datar-Berombak
< 8
Berombak-bergelombang
8-15
Bergelombang-berbukit
15-30
Berbukit-bergunung
> 30
5
Batuan di permukaan dan di dalam tanah (%.Volume)
b
< 3
3-15
15-40
> 40
6
Kedalaman Efektif (cm)
s
> 100
100 - 75
75-50
< 50
7
Tekstur Tanah
t
Lempung
Berdebu
Lempung liat
Berpasir
Berdebu
Lempung
Berliat
Liat, liat berpasir, lempung berpasir, lempung
Pasir berlempung, debu
Liat berat, pasir

8
Kelas Drainase
d
Baik-sedang
Agak terhambat, agak cepat
Cepat, terhambat
Sangat cepat, sangat tergenang, tergenang
9
pH (Kemasaman Tanah)
a
5,0-6,0
4,0-5,0
6,0-6,5
3,5-4,0
6,5-7,0
< 3,5
> 7,0
Sumber : Anonim, Budidaya Kelapa sawit, Pusat Penelitian Kelapa sawit Medan. Indonesia (Modul-100-2003)

Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) ditetapkan berdasarkan jumlah dan intensitas faktor pembatasnya (Tabel 4.4). Kelas lahan menurut FAO (1976) dibagi menjadi 2 yaitu sesuai ( S ) dan tidak sesuai (N). Kelas sesuai dibagi menjadi 3 sub kelas (sangat sesuai (S3), sesuai (S2), dan agak sesuai (S3)). Kelas tidak sesuai (N) dibagi menjadi 2 sub kelas yaitu tidak sesuai bersyarat (N1) dan tidak sesuai permanen (N2).

Tabel 4.5  Klasifikasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit
Kelas Kesesuaian Lahan
Kriteria
Kelas
Sub Kelas
S
S1(Sangat sesuai)
Unit lahan yang memiliki tidak lebih dari satu pembatas ringan (optimal)
S
S2 (Sesuai)
Unit lahan yang memilki lebih dari satu pembatas ringan dan/ atau tidak memiliki lebih dari satu pembatas
S
S3 (Agak sesuai )
Unit lahan yang memiliki lebih dari satu pembatas sedang dan/ tidak memiliki lebih dari satu pembatas berat
N
N1 (tidak sesuai bersyarat)
Unit lahan yang memiliki dua atau lebih satu pembatas berat yang masih dapat diperbaiki
N
N2 (tidak sesuai permanen)
Unit lahan yang memiliki pembatas berat yang tidak dapat diperbaiki.
Sumber : Anonim, Budidaya Kelapa sawit, Pusat Penelitian Kelapa sawit Medan. Indonesia (Modul-100-2003)

Dilihat dari hasil pengamatan dari beberapa sifat-sifat fisik tanah ultisol, maka dapat ditentukan kelas kesesuaian lahannya berdasarkan tabel di atas, yaitu :
Kelas         : ( S ) Sesuai
Sub Kelas  : S3 (agak sesuai)
Unit           : S3 – h1,k1,l2,w2,b2,t2,d2,a2
Sehingga dapat diambil kesimpulan, bahwa tanah ultisol di perkebunan PT.Uni Primacom memiliki potensi untuk tanaman kelapa sawit dengan tingkat kelas kesesuaian lahan (KSL) agak sesuai (S3).
Kriteria kesesuaian lahan bersifat semi kuantitatif dengan menggunakan nilai batas terhadap sifat fisik tanah. Penilaian terhadap sifat fisik tanah lebih ditekankan dibandingkan sifat kimianya, karena sifat kimia tanah lebih memungkinkan untuk diperbaiki. Dari tabel  di atas (4.3) dapat disimpulkan tanah ultisol di PT.Uni Primacom memiliki kriteria potensi kurang baik/ kelas III untuk budidaya tanaman kelapa sawit.
Sedangkan potensi produksi dari masing-masing kelas lahan tersebut ditentukan oleh keunggulan dari bahan tanaman yang digunakan dan tindakan kultur teknis yang diterapkan.
Dalam menempatkan suatu lokasi pada kelasnya, maka perlu diperhatikan keadaan rata-rata dari suatu unit kebun. Pada suatu kebun yang luasnya 6.000 ha belum tentu dapat digolongkan dalam satu kelas. Mungkin satu atau lebih blok digolongkan kelas I tetapi yang lain mungkin masuk ke dalam kelas II atau III. Iklim sama tetapi sifat fisiknya (topografi,tanah,drainase,dan lainnya) dapat saja berbeda.
Faktor-faktor pembatas memang cukup banyak, jenisnya tergantung pada lokasi setempat. Musim kering panjang, solum tanah yang dangkal, kemiringan lahan, drainase dan lainnya dapat menjadi faktor dominan. Sebaliknya hujan yang terlalu banyak juga dapat menjadi faktor pembatas karena tingginya tingkat erosi, hari hujan setahun tinggi, kerusakan jalan dan lain-lain.
Kendala pengolahan tanah ultisol diantaranya :
  1. Tanah ultisol merupakan tanah yang telah mengalami proses pencucian sangat intensif
  2. Sehingga menyebabkan kejenuhan basa rendah dan kadar mineral lapuknya rendah
  3. Miskin, baik secara kimia maupun fisika
  4. Kemasaman tanah
  5. KTK rendah
  6. Kandungan fosfor dan kalium rendah
  7. Erodibilitas tinggi
(Adlin U.Lubis, 1992).
Tanah dengan ordo ultisol di perkebunan PT.Uni primacom mengalami proses pencucian yang intensif, hal tersebut dapat dilihat dari warna lapisan tanah pada horison kedua yaitu mulai dari kekuningan sampai keabu-abuan dan bahkan pada beberapa areal sampai ada yang berwarna putih.
 Dilihat dari kelas tanah dan tingkat kesesuaian lahan dapat dikaitkan dengan potensi produksi tanaman kelapa sawit (Lubis, Adlin U 1996).
Sebagai contoh potensi produksi tanaman berdasarkan kelas lahan di Pusat Penelitian Perkebunan Marihat dibawah ini.

Tabel 4.6 Potensi Produksi Tanaman Berdasarkan Kelas Lahan di Pusat Penelitian Perkebunan Marihat
Umur Tanaman
Produksi Tandan (ton/ha/thn)
Produksi Minyak (ton/ha/thn)
Produksi Inti (kernel) (ton/ha/thn)
Kelas
Kelas
Kelas

I
II
III
I
II
III
I
II
III
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
15
17
18
19
20
21
22
23
24
25
9,0
17,0
22,5
27,0
29,0
31,5
32,0
32,0
32,0
32,0
31,5
31,5
30,0
29,0
28,0
27,0
26,0
25,0
23,5
22,0
21,0
19,5
18,5
8,0
16,0
21,0
24,5
27,0
28,0
30,0
30,0
30,0
30,0
29,5
28,5
27,5
26,5
26,0
24,5
23,5
22,5
21,5
20,5
19,5
18,5
17,5
7,0
14,0
18,0
21,0
24,5
26,5
27,0
27,0
27,0
27,0
26,5
25,5
25,0
24,0
23,0
22,5
21,0
20,5
19,5
28,5
17,5
17,0
16,5

1,4
3,9
4,3
5,7
6,8
7,6
7,7
7,7
7,7
7,7
7,6
7,6
7,2
7,0
6,7
6,5
6,2
6,0
5,6
5,3
5,0
4,7
4,4

1,2
2,7
4,0
5,1
6,2
7,1
7,2
7,2
7,2
7,2
7,1
6,8
6,6
6,4
6,2
5,9
5,6
5,4
5,2
4,9
4,7
4,4
4,2
1,1
2,4
3,4
4,9
5,6
6,4
6,5
6,5
6,5
6,5
6,4
6,1
6,0
5,8
5,5
5,4
5,0
4,9
4,7
4,4
4,2
4,1
4,0
0,4
0,8
1,1
1,5
1,7
1,9
1,9
1,9
1,9
1,9
1,9
1,9
1,8
1,7
1,7
1,6
1,6
1,5
1,4
1,3
1,3
1,2
1,1
0,4
0,8
1,1
1,3
1,5
1,8
1,8
1,8
1,8
1,8
1,8
1,7
1,7
1,6
1,6
1,5
1,4
1,4
1,3
1,2
1,2
1,1
1,1

0,4
0,7
0,9
1,1
1,4
1,6
1,6
1,6
1,6
1,6
1,6
1,5
1,5
1,4
1,4
1,4
1,4
1,2
1,2
1,1
1,1
1,0
1,0

Sumber : Lubis, Adlin U (1996). Potensi produksi kelapa sawit Dxp di Indonesia. Bull-PP-Marihat vol. 10 No.2, P. Siantar (182). (Pusat Penelitian Perkebunan Marihat).

Dari tabel potensi produksi di atas jelas bahwa kelas tanah berpengaruh nyata terhadap hasil produksi tandan (ton/ha/thn)
Sehingga usaha pencapaian produksi yang maksimal harus juga melihat kelas kemampuan lahannya. Dengan mngetahui tingkat kelas lahan dapat kita minimalisir beberapa kekurangan dari lahan tersebut dengan memberikan perlakuan seperti misalnya pengapuran guna meningkatkan pH tanah, membuat parit-parit sebagai saluran air agar tidak terjadi penggenangan sehingga dapat memperbaiki drainase, pemberian pupuk organik untuk memperbaik sifat fisik dan kimia pada tanah ultisol.


V.        KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Dari kegiatan praktik lapang yang telah dilaksanakan di PT Uni Primacom Kalimantan Tengah dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1.  Sifat fisik tanah dapat dijadikan sebagai indikator kesesuaian dan kemampuan tanah untuk penggunaan dalm bidang perkebunan.
2.  Tanah ultisol di PT.Uni Primacom memiliki kriteria potensi kurang baik/ kelas III untuk budidaya tanaman kelapa sawit.
3.  Tanah ultisol di perkebunan PT.Uni Primacom memiliki potensi untuk tanaman kelapa sawit dengan tingkat kelas kesesuaian lahan (KSL) agak sesuai (S3)
4.  Kelas tanah berpengaruh nyata terhadap hasil produksi tandan (ton/ha/thn)
5.  Kelas tanah dan tingkat kesesuaian lahan berpengaruh terhadap potensi produksi tanaman kelapa sawit

B.     Saran
1. Untuk meminimalisir beberapa kekurangan dari lahan tersebut yaitu dengan memberikan perlakuan seperti misalnya pengapuran guna meningkatkan pH tanah, membuat parit-parit sebagai saluran air agar tidak terjadi penggenangan sehingga dapat memperbaiki drainase, pemberian pupuk organik untuk memperbaik sifat fisik dan kimia pada tanah ultisol.
2.  Untuk tetap mempertahankan kesuburan tanah dan mengurangi erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi), maka tanah ultisol sebaiknya tidak dibuka dengan menggunakan alat-alat berat dengan sistem cut and fill, tidak dibuka dengan sistem tebang, tebas, bakar.
   3. Dalam pengelolaan lahan kering marginal terutama pada lahan berlereng harus diiringi dengan tindakan konservasi tanah dan air. Penambahan bahan organik mutlak diperlukan.
4.  Hal penting yang perlu diperhatikan dalam usaha perkebunan yaitu mempertahankan kecukupan bahan organik dan tindakan pengawetan tanah dan air, yang dapat dimulai dari yang paling sederhana yaitu berupa pengembalian bahan organik setempat melalui mulsa (mulching) sampai kepada pemberian pupuk kompos/pupuk hijau dan tindakan konservasi tanah secara mekanis dengan kombinasi vegetatif lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Adlin U.Lubis, 1992.
Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Bandar Kuala. Pematang Siantar. Sumatra Utara.

Anonim, 2000. Kelapa Sawit. Penebar Swadana. Jakarta.
Anonim. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Indonesia (Modul M.100-203)
Arsyad S., 1983. Pengawetan Tanah dan Air. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Darwis S.N, 1986. Tanaman Kelapa Dan Lingkungan Pertumbuhannya. Departemen Pertanian. Jakarta
Hardjowigeno, Sarwono.1985. Genesis Dan Klasifikasi Tanah. Fakultas Pasca Sarjana IPB.Bogor.
Mohr,E.C.J.,F.A.Van Baren and J Van Schuylanborgh. 1972. A Comprehensive Study Of Thier Genesis. Mounton-Ichtiar Baru-Vanhoerne, The Haque-Paris. Jakarta
Munir, MS.1996. Tanah-Tanah Utama di Indonesia. PT. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta
Sadjad, S. 1995. Empat Belas Tanaman Perkebunan untuk Agroindustri. Balai Pustaka. Jakarta.
Selardi S, 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Depok. Indonesia
Sinukaban N., 1990. Pengaruh Pengolahan Tanah Konservasi dan Pemberian Mulsa Jerami terhadap Produksi Tanaman Pangan dan Erosi Hara. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk, Nomor 9, 1990. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Sitorus S.R.P., 1989. Survai Tanah dan Penggunaan Lahan. Laboratorium Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Suwardjo H., A. Abdurrachman dan S. Abujamin, 1989. The Use of Crop Residue Mulch to Minimize Tillage Frequency. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk, Nomor 8, 1989. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
TINJAUAN MENGENAI BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH ULTISOL DAN POTENSINYA UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT DI PT. UNI PRIMACOM KALIMANTAN TENGAH
  • Title : TINJAUAN MENGENAI BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH ULTISOL DAN POTENSINYA UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT DI PT. UNI PRIMACOM KALIMANTAN TENGAH
  • Posted by :
  • Date : Desember 18, 2017
  • Labels :

2 comments

Untuk artikel jenis tanah yang lain mohon untuk dapat ditambahkan. thanks

Terima kasih atas sarannya gan, untuk menambah artikel harus menyesuaiakan waktu dulu. Maklum belum sempat.

thanks for your comments

Top