728x90 AdSpace

Latest

Senin, 29 Januari 2018

Pengertian dan Pengaruh Tekstur Tanah Terhadap Faktor Erodibilitas

Tekstur Tanah 

Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain.
Segitiga tekstur merupakan suatu diagram untuk menentukan kelas-kelas tekstur tanah. ada 12 kelas tekstur tanah yang dibedakan oleh jumlah persentase ketiga fraksi tanah tersebut, misalkan hasil analisis lab menyatakan bahwa persentase pasir (X) 32%, liat (Y) 42% dan debu (Z) 26%, berdasarkan diagram segitiga tekstur maka tanah tersebut masuk kedalam golongan tanah bertekstur pasir.

Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan prosentase kandungan pasir, debu dan liat.

Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:

  • Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir (Sandy).
  • Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir Berlempung (Loam Sandy). 
  • Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berpasir (Sandy Loam).
  • Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung (Loam).
  • Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berdebu (Silty Loam).
  • Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Debu (Silt).
  • Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berliat (Clay Loam).
  • Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berpasir (Sandy-Clay-Loam).
  • Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berdebu (Sandy-silt loam).
  • Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berpasir (Sandy-Clay).
  • Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berdebu (Silty-Clay).
  • Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat (Clay).
Tanah Alfisol memiliki tekstur tanah yang liat. Liat tertimbun di horizon bawah. Ini berasal dari horizon di atasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak pola Alfisol digambarkan adanya perubahan tekstur yang sangat pendek di kenal dalam taksonomi tanah sebagai Ablup Tekstural Change atau perubahan tekstur yang sangat ekstrim. (Foth, 1998).

Partikel tanah liat pada lapisan Alfisol digerakkan oleh air yang meresap dari horizon A dan disimpan pada horizon B. Hasilnya adalah polipodeon dengan horizon-horizon yang mempunyai tekstur yang berbeda. Macam pita yang terbentuk berhubungan dengan kandungan liat dan digunakan untuk menggolongkan tanah sebagai lempung, lempung liat atau tanah liat. (Poerwowidodo, 1991).

Alfisol adalah tanah-tanah dimana terdapat penimbunan liat di horizon bawah (horizon argilik) dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35 % pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Bila kejenuhan basa sangat tinggi maka makin ke bawah jumlahnya konstan, sedang bila pada horizon Argilik kadarnya tidak tinggi maka jumlahnya harus bertambah makin ke horizon bawah. Tanah ini tidak memiliki epipedon molik, oxik, ataupun horizon spodik. Juga termasuk pada tanah Alfisol adalah tanah-tanah yang kejenuhan basanya kurang 35 % tetapi pada horizon Argilik dipadatan lidah-lidah horizon albik dan kejenuhan basa bertambah makin ke horizon bawah. (Hakim, 1986).

Perbedaan Tekstur Tanah

Kemampuan Fisik
  • Liat : Dapat membentuk bola yang baik, rasa berat, melekat sekali.
  • Debu : Membentuk bola yang teguh dapat sedikit digulung dengan permukaan yang mengkilat, rasa licin sekali, agak melekat.
  • Pasir : Tidak dapat membentuk bola gulungan, rasa kasar, tidak melekat, referansi air rendah, drainase cepat jika pasir basah dominan, tergenang jika debu dominan.
Kemampuan Kimia
  • Pasir : Mineral yang paling umum kuarsa (SO2), sedikit pengaruhnya terhadap sifat kimia.
  • Debu : Mineral kuarsa (SO2), Feldspar dan Mika dapat melepaskan Ca, Mg, dan K akibat pelapukan.
  • Liat : Mineral sekunder hasil pelapukan kimia mineral primer atau sintesis dan beberapa hasil pelapukan mineral primer. 
Kemampuan Biologi
  • Pasir : Ditentukan oleh komposisi bahan induk dan tingkat pelapukan.
  • Debu : Ditentukan oleh komposisi mineral bahan induk dan tingkat pelapukan (mineral primer)
  • Liat : Karena ukurannya kecil antara <0,002 mm, maka liat ini ditentukan dari hasil pelapukan batu yang berasal dari materi debu dengan perbandingan yang kecil,
Faktor yang Memengaruhi dan Dipengaruhi Oleh Tekstur Tanah 
Faktor – Faktor yang mempengaruhi tekstur tanah yaitu :
  1. Iklim
  2. Bahan induk
  3. Topografi
  4. Waktu
  5. Organisme
Faktor – Faktor yang dipengaruhi tekstur tanah yaitu :
  1. Kemampuan tanah memegang dan menyimpan air
  2. Aerasi, serta permeabilitas
  3. Kapasitas tukar kation
  4. Kesuburan tanah.
  5. Infiltrasi
  6. Laju pergerakan air (perkolasi)  


PENGERTIAN DAN
PENGARUH TEKSTUR TANAH TERHADAP FAKTOR ERODIBILITAS

Oleh : Dwi Istanto
NIM : H0202037
Tekstur
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah, ditentukan berdasarkan perbandingan butir-butir (fraksi) pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay). Fraksi pasir berukuran 2 mm – 50 µ (mikro) lebih kasar dibanding debu (50 µ - 2µ) dan liat (lebih kecil dari 2 µ). Karena ukurannya yang kasar, maka tanah-tanah yang didominasi oleh fraksi pasir seperti tanah-tanah yang tergolong dalam sub-ordo Psamment, akan melakukan air lebih cepat (kapasitas infiltrasi dan permeabiltas tinggi) dibandingkan dengan tanah-tanah yang didominasi oleh fraksi debu dan liat. Kapasitas infiltrasi dan permeabilitas yang tinggi, serta ukuran butir yang relatif lebih besar menyebabkan tanah-tanah yang didominasi oleh pasir umumnya mempunyai tingkat erodibilitas tanah yang rendah. Tanah dengan kandungan pasir halus (0,01 mm – 50 µ) tinggi juga mempunyai kapasitas infiltrasi cukp tinggi, akan tetapi jika terjadi aliran permukaan, maka butir – butir halusnya akan mudah terangkut.
Debu merupakan fraksi tanah yang paling mudah tereosi, karena selain mempunyai ukuran yang relatif halus, fraksi ini juga tidak mempunyai kemampuan untuk membentuk ikatan (tanpa adanya bantuan bahan perekat/pengikat), karena tidak mempunyai muatan. Berbeda dengan debu, liat meskipun berukuran halus, namun karena mempunyai muatan, maka fraksi ini dapat membentuk ikatan. Tanah-tanah bertekstur halus (didominasi liat) umumnya bersifat kohesif dan sulit untuk dihancurkan. Walaupun demikian, bila kekuatan curah hujan atau aliran permukaan mampu menghancurkan ikatan antar partikelnya, maka akan timbul bahan sedimen tersuspensi yang mudah untuk terangkut atau terbawa aliran permukaan.
Fraksi halus (dalam bentuk tersuspensi) juga dapat menyumbat pori-pori tanah di lapisan permukaan. Akibatnya infiltrasi akan menurun sehingga aliran permukaan akan meningkat. Aka tetapi, jikan tanah demikian mempunyai agregat yang mantap, yakni tidak mudah terdispersi, maka penyerapan air ke dalam tanah masih cukup besar, sehingga aliran permukaan dan erosi menjadi relatif tidak berbahaya (Arsyad, 2000). Salah satu contohnya ditunjukkan oleh tanah didaerah Tepus dan Laksanha, Kecematan Sumberjaya, Lampung Barat; rata-rata kandungan fraksi halus pada tanah Tepus dan Laksana > 70%, karena struktur tanahnya tergolong sangat mantap, maka erosi yang terjadi < 2 t ha-1, dengan rata-rata aliran permukaan < 1,5% dari curah hujan efektif
(Dairah, 2004).
Pengaruh dan hubungan sifat-sifat bahan induk dengan sifat-sifat tanah terlihat jelas pada tanah-tanah di daerah kering, atau pada tanah-tanah muda yang belum banyak berkembang. Di daerah yang lebih basah atau pada tanah-tanah yang sudah berkembang lanjut, hubungan antara sifat bahan induk dan sifat-sifat tanah menjadi kurang jelas. Walaupun demikian tidak berarti bahwa pada tanah-tanah yang sudah berkembang lanjut, pengaruh sifat-sifat bahan induk menjadi hilang (Hardjowigeno, 1993). Selanjutnya disebutkan pengaruh bahn induk terhadap sifat-sifat tanah diantaranya adalah :
  • Tekstur bahan induk mempunyai pengaruh langsung terhadap tekstur tanah muda. Bahan induk pasir menghasilkan tanah muda yang berpasir juga.
  • Tekstur yang dipengaruhi mineral yang sukar lapuk seperti pasir kuarsa, tetap terlihat (atau berpengaruh) pada tanah-tanah tua.
  • Bahan induk dengan tekstur halus membentuk tanah dengan kandungan bahan organik lebih tinggi daripada bahan induk yang bertekstur kasar. Pada bahan induk yang bertekstur halus, air tersedia tinggi, tanaman dapat tumbuh baik, sehingga banyak tambahan bahan organik.
  • Kalau tekstur bahan induk terlalu halus, dengan kadar liat relatif tinggi, maka permeabilitas tanah menjadi sangat lambat, yang berakibat pencucian dan pemindahan koloid tanah menjadi terhambat, sehingga terbentuk tanah dengan solum yang tipis. Apabila bahan induk seperti ini terdapat pada daerah berlereng, karena permeabilitas tanahnya lambat, maka limpasan/ aliran permukaan akan meningkat, sehingga erosi cukup besar dan terbentuklah tanah bersolum tipis.
  • Bahan induk jenis mafik (yang banyak mengadung basa-basa) dapat menyebabkan pembentukan mineral liat smektit/montmorillonit. Pada wilayah bercurah hujan rendah, smektit/ montmorillonit dapat juga terbentuk pada bahan induk felsik (dengan kandungan basa-basa rendah). Kalau bahan induk felsik banyak mengadung mineral mika, dapat terbentuk mineral ilit. Terbentuknya mineral liat lain, seperti kaolinit, lebih banyak dipengaruhi oleh besarnya curah hujan.
Pada prinsipnya sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erodibilitas tanah adalah : 1). Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas dan kapasitas tanah menahan air, dan 2). Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah terhadap dispersi, dan pengikisan oleh butir-butir air hujan dan aliran permukaan. Sifat tanah tersebut mencakup tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman tanah, sifat lapisan tanah, dan tingkat kesuburan tanah (Morgan, 1979;Arsyad, 2000).  Secara umum tanah dengan dengan kandungan tekstur (perbandingan kandungan partikel penyusun tanah) debu tinggi, liat rendah, dan bahan organik rendah adalah yang paling mudah tererosi (Wischmeier dan Mannering, 1969). 

----------------------------- 
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Lembaga Sumberdaya Informasi Institut Pertanian Bogor. IPB Press. Bogor.
Dariah A. 2004. Tingkat Erosi dan Kualitas Tanah pada Lahan Usahatani Berbasis Kopi di Sumberjaya, Lampung Barat. Disertasi S3. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 
Hardjowigeno, S.  1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi Pertama. Akademi Pressindo, Jakarta. 
Wischmeier, W.H., and J.V. Mannering. 1969. Relation of soil properties to its erodibility. Soil Sci. Am.Proc. 33: 131-137



Pengertian dan Pengaruh Tekstur Tanah Terhadap Faktor Erodibilitas
  • Title : Pengertian dan Pengaruh Tekstur Tanah Terhadap Faktor Erodibilitas
  • Posted by :
  • Date : Januari 29, 2018
  • Labels :

thanks for your comments

Top