Sejarah Perjanjian Linggarjati, Kuningan
Perjanjian Linggarjati adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Perjanjian ini ditandatangani pada tanggal 15 November 1946 di Linggarjati, sebuah desa kecil di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Perjanjian ini merupakan hasil dari negosiasi antara pemerintah Indonesia dan Belanda yang diprakarsai oleh pihak internasional, khususnya Inggris, sebagai upaya menyelesaikan konflik setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.
Latar Belakang Perjanjian Linggarjati
Setelah Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Belanda berusaha kembali menguasai wilayah Indonesia dengan melakukan berbagai agresi militer. Mereka menduduki beberapa wilayah penting seperti Jakarta dan Surabaya, yang menyebabkan konflik dengan para pejuang kemerdekaan Indonesia. Situasi ini menciptakan ketegangan internasional, dan Inggris yang kala itu masih terlibat dalam urusan pasca-Perang Dunia II di Asia Tenggara, berperan sebagai mediator.
![]() |
Ruang perundingan |
Dalam upaya menyelesaikan konflik, pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Soekarno dan Mohammad Hatta memulai perundingan dengan Belanda yang diwakili oleh Van Mook. Setelah serangkaian perundingan, akhirnya kedua pihak sepakat untuk mengadakan pertemuan di Linggarjati, sebuah daerah yang relatif terpencil dan damai.
![]() |
Halaman depan - akses masuk Museum |
Jalannya Perundingan
Perundingan Linggarjati dimulai pada bulan November 1946. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir, sementara delegasi Belanda dipimpin oleh Schermerhorn. Perundingan berlangsung di sebuah vila milik seorang warga negara Belanda di Linggarjati yang kemudian menjadi tempat bersejarah.
Dalam perundingan ini, Inggris melalui Lord Killearn berperan sebagai mediator utama. Meskipun ada banyak perbedaan pandangan antara kedua belah pihak, akhirnya tercapai kesepakatan yang dituangkan dalam Perjanjian Linggarjati.
Isi Perjanjian Linggarjati
Berikut adalah beberapa poin penting dalam Perjanjian Linggarjati:
Belanda Mengakui Wilayah Indonesia: Belanda secara de facto mengakui kekuasaan Republik Indonesia atas wilayah Jawa, Madura, dan Sumatra. Ini adalah pengakuan internasional pertama terhadap wilayah Republik Indonesia yang baru berdiri.
Pembentukan Negara Indonesia Serikat (RIS): Indonesia dan Belanda sepakat bahwa wilayah Indonesia akan dibentuk menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS), yang akan terdiri dari wilayah-wilayah yang sekarang masih dikuasai Belanda.
Uni Belanda-Indonesia: Republik Indonesia Serikat akan menjadi bagian dari "Uni Belanda-Indonesia," dengan Ratu Belanda sebagai simbolik kepala negara. Namun, Indonesia tetap memiliki pemerintahan sendiri.
Pengunduran Militer Belanda: Belanda berjanji akan menarik pasukan mereka secara bertahap dari wilayah yang diakui sebagai bagian dari Republik Indonesia.
![]() |
Ilustrasi saat perundingan |
Dampak dan Reaksi
Perjanjian Linggarjati awalnya dianggap sebagai keberhasilan diplomatik bagi Republik Indonesia karena untuk pertama kalinya Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, meskipun terbatas pada wilayah Jawa, Sumatra, dan Madura. Namun, tidak semua pihak di Indonesia puas dengan hasil perjanjian ini.
Beberapa kalangan, terutama para pemimpin militer, menganggap perjanjian ini terlalu lunak dan memberikan terlalu banyak konsesi kepada Belanda. Sebaliknya, Belanda juga tidak sepenuhnya puas karena perjanjian ini hanya mengakui sebagian kecil dari wilayah yang dulu merupakan Hindia Belanda.
Gagalnya Implementasi dan Lanjutan Konflik
Meskipun telah ditandatangani dan disetujui oleh kedua belah pihak, pelaksanaan Perjanjian Linggarjati tidak berjalan mulus. Belanda tidak sepenuhnya menarik pasukannya sesuai kesepakatan, dan ketegangan antara kedua negara kembali meningkat. Pada Juli 1947, Belanda melancarkan Agresi Militer I, yang merupakan tindakan militer untuk merebut kembali wilayah yang diakui sebagai bagian dari Republik Indonesia.
Hal ini menyebabkan perjanjian tersebut gagal dilaksanakan secara penuh. Konflik antara Indonesia dan Belanda terus berlanjut, hingga akhirnya Indonesia berhasil memperoleh pengakuan kedaulatan penuh melalui Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949.
Situs Bersejarah Linggarjati
Saat ini, bangunan tempat berlangsungnya perundingan Linggarjati telah dijadikan museum sejarah yang dikenal dengan Museum Perundingan Linggarjati. Museum ini terletak di Desa Linggarjati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Pengunjung bisa melihat replika meja perundingan, foto-foto dokumentasi, dan benda-benda peninggalan yang terkait dengan perjanjian bersejarah ini.
Selain itu, kawasan Linggarjati juga menjadi salah satu tujuan wisata sejarah di Kuningan yang menawarkan suasana alam yang sejuk dan asri, dengan latar belakang perbukitan yang indah. Museum ini menjadi simbol penting perjuangan diplomasi Indonesia dalam merebut kedaulatan dari tangan penjajah.
![]() |
Fatih Fathan - Kunjungan ke Museum Linggarjati tahun 2024 |
Perjanjian Linggarjati adalah salah satu tonggak penting dalam sejarah perjuangan Indonesia untuk mendapatkan pengakuan internasional atas kemerdekaannya. Meskipun implementasinya menemui banyak hambatan, perjanjian ini menunjukkan pentingnya diplomasi dalam perjuangan kemerdekaan, di samping perlawanan bersenjata yang dilakukan oleh para pejuang di medan pertempuran. Linggarjati, sebagai lokasi bersejarah, kini menjadi pengingat akan perjuangan panjang bangsa Indonesia untuk merdeka.
Sumber :
Kunjungan Tahun 2024
Wikipedia
thanks for your comments