728x90 AdSpace

Latest

Minggu, 28 Januari 2018

AGRO HIDROLOGI TANAMAN PERTANIAN


PENGERTIAN AGRO-HIDROLOGI
Ilmu yg mempelajari distribusi pergerakan air dan larutan tanah ke dan dari zone perakaran di lahan pertanian. Mencakup distribusi pergerakan air irigasi dan air permukaan dalam sistem perpindahan pada lahan pertanian. Air permukaan: air yg mengalir di permukaan bumi (daratan). Ilmu yg mempelajari prilaku air di bumi, tentang terdapatnya, sirkulasi, penyebarannya, sifat-sifat fisik dan kimianya, reaksinya dengan lingkungan termasuk hubungannya dengan makhluk hidup. 

I.        PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Peranan air bagi tumbuhan tanaman sangat besar karena  90 % tubuh terdiri atas air. Beberapa fungsi air bagi tanaman meliputi: (1) sebagai bahan baku (sumber hydrogen) dalam proses fotosintesis, (2) penyusun protoplasma yang sekaligus memelihara turgor, (3) bahan atau media dalam proses transpirasi, (4) pelarut unsur hara dari dalam tanah dan dalam tubuh tanaman serta sebagai media translokasi unsur hara dari dalam tanah ke akar untuk selanjutnya di kirim ke daun ( Sugito, 1999).
Tingkat pengelolaan air bagi pertumbuhan menjadi sangat penting bila kita melihat kenyataan bahwa tidak semua air yang tersedia dalam tanah dapat digunakan sepenuhnya oleh tanaman. Adapun faktor-faktor lingkungan seperti suhu air, suhu udara, kelembaban (RH), kecepatan angin, tekanan udara dan sinar matahari akan mempengaruhi besarnya kehilangan air dalam tubuh tanaman baik melalui proses evaporasi maupun transpirasi.
Tingkat kebutuhan air pada setiap tanaman berbeda-beda, tergantung jenis dan golongan tanaman tersebut. Ada tanaman yang menghendaki jumlah air yang banyak (penggenangan) dan ada tanaman yang menghendaki pengairan dengan drainase yang baik. Agar diperoleh produksi yang maksimum, dalam pembudidayaan kita harus tahu sifat-sifat tanaman yang kita budidayakan degan baik, sehingga kita dapat menentukan sistem pengairan yang akan diterapkan.
Kebutuhan air bagi tanaman sama dengan kehilangan air per satuan luas yang diakibatkan oleh kanopi tanaman ditambah dengan hilangnya air melalui penguapan permukaan tanah pada luasan tertentu. Namun faktor yang mempengaruhi tanaman tidak hanya air, tetapi juga keadaan struktur tanah, jenis tanah, kandungan bahan organik, dan lain-lain. Penyediaan dan pemberian air secara efektif dan efisien dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kondisi tanah pertanian setempat, jenis tanaman, topografi tanah dan iklim. Hal inilah yang menyebabkan sangat pentingnya pengelolaan air pada lahan produksi tanaman agar air selalu tersedia dengan cukup untuk kehidupan tanaman. Salah satu sistem pengairan yang dapat digunakan adalah dengan pembuatan jaringan irigasi dan saluran drainase pada lahan pertanian.
Pengelolan air sangatlah penting bagi pertanian. Cara pemberian air dan penyediaan serta pembuangannya dapat diketahui secara tepat melalui kajian yang cukup mendetail mengenai irigasi, dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan air secara efektif dan efisien. Dengan demikian diharapkan dapat lebih tahu mengenai pengelolaan air yang baik dan tepat agar tanaman yang dibudidayakan dapat berproduksi secara maksimal.
Pengelolaan air yang baik akan mempengaruhi keberhasilan produksi pertanian, disamping faktor lainnya. Selain itu bila pengelolaan air dilakukan dengan baik, maka pada musim penghujan tidak akan banjir atau sebaliknya pada musim kemarau tidak akan menderita kekeringan (air tetap tersedia bagi tanaman). Dengan demikian diharapkan usaha pertanian dapat terus berjalan sepanjang tahun, tidak tergantung pada musim. Dengan demikian diharapkan hasil komoditi pertanian dengan sendirinya dapat ditingkatkan dan selalu tersedia secara kontinyu dalam jumlah yang cukup.
Proses hilangnya air dari lahan pertanian dapat melalui proses evaporasi ataupun dalam bentuk transpirasi oleh tanaman, dimana evaporasi adalah peristiwa penguapan air dari segala permukaan tanah ke permukaan udara. Sedangkan transpirasi adalah peristiwa kehilangan atau proses penguapan air dari atau oleh permukaan tanaman. Gabungan peristiwa itu dikenal dengan evapotranspirasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah suhu air, suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari dan lain-lain yang berhubungan satu sama lainnya (Sugito, 1999).
Evapotranspirasi potensial (Ep) adalah banyaknya air yang ditranspirasikan, baik melalui permukaan tanaman maupun permukaan tanah dimana tanaman tumbuh. Pengukuran banyaknya evapotranspirasi tidak dapat diperkirakan dengan teliti, mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi sangat banyak dan lebih sulit dari faktor evaporasi. Adapun beberapa cara pendekatan dalam memperkirakan jumlah evapotranspirasi diantaranya dengan menggunakan metode pengukuran langsung dengan alat Lysimeter, pendekatan dengan Aerodinamik, pendekatan Neraca energi, menggunakan metode Evapometri dan menggunakan rumus Empiris dengan satu atau beberapa faktor iklim.
Pada praktikum kali ini akan dikaji seberapa besar kebutuhan air tanaman dengan memperlakukan pemberian beberapa volume air yang berbeda pada tiap-tiap pot tanaman. Perbedaan volume air yang diberikan ini selain untuk mengetahui kebutuhan air tanaman juga dapat diketahui volume air yang paling baik yang harus diberikan dengan variable pertumbuhan tanaman yang diukur.    

B.     Tujuan Praktikum
Praktikum Agrohidrologi ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan besarnya evapotranspirasi dan pengaruh penambahan beberapa dosis bahan organic (BO) terhadap pertumbuhan pada beberapa jenis tanaman terong, tomat, dan cabe pada jenis tanah Entisols.
C.     Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Agrohidrologi ini dilaksanakan mulai hari Rabu, tanggal 25 Mei 2005 pukul 16.00 WIB dan bertempat di Laboratorium Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 
  
II.     TINJAUAN PUSTAKA

A.    Jenis Tanah
Jenis tanah Entisols dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum membentuk horizon pedogenik yang nyata, karena pelapukan baru dimulai, atau hasil bahan induk yang sukar lapuk seperti, pasir, kuarsa, atau terbentuk dari batuan keras yang larutnya lambat seperti batu gamping atau topografi sangat miring sehingga kecepatan erosi melebihi pembentukan horizon pedogenik atau pencampuran horizon olah tanah atau hewan. Profil tanahnya tidak mempertihatkan translokasi bahan (Darmawijaya, 1990). 
Tanah Entisols merupakan jenis tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangannya. Tidak ada horizon penciri lain kecuali epidon ochric (horizon berwarna terang, bahan organic < 1% atau keras-sangat keras dan massif), albic (horizon berwarna pucat/ horizon A) atau histic. Tanah ini dulu disebut tanah alluvial atau tanah regosol (Hardjowigwno, 1995).
Entisols adalah tanah yang belum berkembang dan banyak dijumpai pada tanah dengan bahan induk yang sangat beragam, baik dari jenis, sifat maupun asalnya. Beberapa tanah jenis Entisols antara lain berupa tanah yang berkembang dari bahan Alluvial muda berlapis-lapis tipis, tanah yang berkembang di atas batuan beku dengan solum dangkal atau tanah yang berkembang pada kondisi yang sangat basah atau sangat kering (Munir, 1996).
Entisols merupakan tanah-tanah yang menjadi tanah asal baru. Mereka dicirikan oleh kenampak kurang mudaan dan tanpa horizon genetic alamiah, atau juga mereka hanya mempunyai horizon – horizon permulaan. Pengertian Entisols adalah tanah – tanah dengan regolit dalam atau bumi tidak dengan horizon, kecuali mungkin lapis bajak. Beberapa Entisols, meskipun begitu mempunyai horizon plaggen,agric atau horizon E (albic), beberapa mempunyai batuan beku yang keras dekat permukaan (Foth,1995).
Entisols merupakan tanah perkembangan baru yang terbentuk dari bahan yang diendapkan dari berbagai bahan induk. Kebanyakan adalah tanah dataran dan disebut macam – macam rapat fluvisol, alluvial, andosol, tanah gelap (Williams et al,.1993).
B.     Jenis Tanaman
Tanah yang baik untuk Tanaman Cabe rawit adalah tanah lempung berpasir atau tanah ringan yang benyak mengandung bahan organik dan banyak unsur hara. Cabe rawit bisa ditanam disegala macam tanah asal gembur, cukup unsur hara dan tidak tergenang air (Pracaya, 1994).
Tanaman terong dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah tapi keadaan tanah yang paling baik untuk tanaman terong adalah jenis lempung berpasir, subur, kaya akan bahan organik, aerasi drainasenya baik serta pada pH antara 6,3 – 7,3. Pengairan dilakukan rutin tiap hari terutama pada fase awal  pertumbuhan dan keadaan cuaca kering. Hal yang terpenting dalam pengairan ini adalah menjaga tanah tidak kekeringan ataupun terlalu basah (becek). Cara pengairannya dapat di Lab atau disiram dengan alat bantu (gembor) (Rukmana, 1994).
Terong (Solanum melongena), termasuk famili solanaceae yaitu tanaman menahun berumur pendek berbentuk perdu, lazimnya ditanam sebagai tanaman semusim karena jita sudah tua menjadi sangat besar dan hasilnya menurun tajam. Tanaman terong mempunyai bentuk kultivar dan kebanyakan teradaptasi baik pada dataran rendah tropika, walaupun tanaman ini juga ditanam sebagai pertanaman musim panas. Kultivar terong dapat dikelompokkan berdasar warna kulit dan bentuk buah (William et all., 1993).
Tanaman tomat merupakan tanaman yang dapat tumbuh di semua tempat, dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Hanya saja di daerah yang bertanah basah dan banyak curah hujan pertumbuhannya agak kurang baik, yang mana dapat menyebabkan akar tomat mudah busuk, dan tanaman tidak mampu mengisap zat-zat hara dari dalam tanah karena sirkulasi udara dalam tanah dan di sekitar akar tomat yang tidak mendukung sehingga tanaman tomat mengalami kematian (Tugiyono, 1995).  
Cabe rawit kebanyakan ditanam di daerah tegalan atau daerah tadah hujan. Secara umum tanaman cabe sangat baik tumbuh di daerah ilkimnya bervariasi (curah hujan dan panasnya cukup). Karena dapat tumbuh di  mana saja, cabe rawit di kenal sebagai tanaman yang luwes untuk di budidayakan. Hanya saja, cabe rawit yang ditanam di tempat yang berbeda akan menghasilkan produksi yang berbeda pula. Daerah tumbuh cabe rawit yang paling cocok yaitu dataran dengan ketinggian antara 0-500 m dari permukaan laut (Setiadi, 1994).
C.    Evapotranspirasi
Dalam kondisi lapangan secara praktis tidak mungkin untuk membedakan antara evaporasi dan transpirasi jika tanah ditutupi oleh vegetasi. Kedua proses ini biasanya dikelompokkan bersama dan disebut evapotranspirasi. Jumlah air yang lepas dari suatu daerah akibat evapotranspirasi pertama-tama tergantung pada terjadinya presipitasi, kedua pada factor iklim dari temperature, kelembaban dan seterusnya, dan ketiga pada jenis cara pengolahan dan banyaknya vegetasi (Marjuki, 1993).
Pori-pori stomata pada daun, angka perbandingan antara air yang diuapkan dari transpirasi dan zat tanaman kering yang diproduksi dapat melampaui 500. Transpirasi ini pada dasarnya adalah penguapan dari daun tanaman. Laju transpirasi oleh karena sama dengan laju penguapan dari permukaan. Air bebas bila aliran air tanaman tersebut tidak terbatas. Perkiraan sebagai pengantar untuk memperkirakan evapotranspirasi potensial dari permukaan tanah yang tertutup tumbuh-tumbuhan (Grifiths, 1994).
Penguapan melalui permukaan air disebut evaporasi, seperti permukaan kolam, sungai, danau, dan tanah. Penguapan permukaan ini diukur, satuannya adalah mm/ hari. Faktor yang mempengaruhi penguapan adalah panas, kecepatan angin, luas permukaan dan kelembaban udara. Penguapan melalui tanaman disebut transpirasi melalui daun, batang, dan lain-lain. Gabungan dari penguapan melalui permukaan air tanah dengan penguapan melalui tanaman disebut dengan evapotranspirasi             (Hardjodimono, 1992).
Evapotranspirasi yang sering disebut sebagai suatu kebutuhan konsumtif tanaman di areal irigasi adalah suatu proses penguapan dan transpirasi, kebutuhan itu merupakan nilai penjumlahan air untuk transpirasi, kebutuhan itu merupakan nilai dari evapotranspirasi meningkat sesuai  pertumbuhan, dan bisa mencapai maksimum pada saat penutupan vegetasi maksimum, setelah mencapai maksimum dan berlangsung beberapa saat menurut jenis tanaman, nilai evapotranspirasi menurun sejalan dengan pematang biji menuju saat panen (Wisher, 1991).
Kehilangan air karena transpirasi dapat diperkecil oleh mulsa jerami dan perlakuan tanaman lindung ditujukan untuk penurunan transpirasi secara langsung, oleh perlakuan kimia, dan secara tidak langsung dengan pengelolaan seperti pengontrolan benih dan kelembaban optimum pertanaman dan lain sebagainya (Grifiths, 1994).

D.    Bahan Organik
Pada tanah yang tidak di pupuk pengaruh BO yang menguntungkan terdiri dari memberikan sebagian besar nitrogen dan belerangnya kepada tanaman, mempertahankan daya tukar kation, menghalangi tempat penambatan fosfor, memperbaiki struktur tanah yang teragregat secara tidak baik dan pembentukan gabungan (kompleks) dengan unsur mikro       (Sanchez, 1992).
Kandungan bahan organik yang cukup didalam tanah, dapat memperbaiki kondisi tanah agar tanah tidak terlalu berat atau terlalu ringan. Pemberian bahan organik juga dapat memperbaiki sifat biologi tanah salah satunya adalah meningkatkan aktifitas mikroorganisme, sehingga kegiatan mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik meningkat, dengan demikian unsur hara yang terdapat dalam tanah menjadi tersedia bagi tanaman. Demikian pula semakin tinggi bahan organik dalam tanah maka air yang bisa diikat semakin tinggi pula dan kemampuan menyediakan air tanah lebih banyak (Sugito et all, 1995).
Salah satu unsur pembentuk tanah adalah Bahan Organik. Jadi jelaslah betapa pentingnya penambahan BO ke dalam tanah. Seperti kita ketahui, bahan organik terbentuk dari sisa tanaman, hewan atau kotoran hewan, juga sisa jutaan makhluk kecil yang berupa bakteri, jamur, ganggang hewan satu sel maupun banyak sel. Sisa hewan dan tumbuh-tumbuhan ini sebelum menjadi BO akan mengalami proses perubahan lebih dahulu (Murbandono,1995).
BO berfungsi sebagai penyimpan unsur hara yang secara perlahan dilepaskan ke dalam larutan air tanah  dan disediakan bagi tanaman. BO di dalam atau diatas tanah juga melindungi dan membantu mengtur suhu dan kelembaban tanah.  Sering kali pemanfaatan BO digabungkan dengan teknik-teknik lain dengan fungsi yang saling melengkapi misalnya pemanfatan pupuk buatan, pengolahan tanah, pengumpulan air, penaungan dan pembuatan pematang. Pengolahan BO berbeda sesuai dengan situasi dan tanamanya. Pengolahan yang tidak memadai dapat menyatakan pemanfaatan unsur hara yang tidak efisien, hilangnya unsure hara, pengikatan unsur hara/pengasaman (Reijntjes et al.,1992)
Pada tanah tropika yang lewbih jarang teratus baik (oxixols,ultisol,alfisol). Bahan organic akan memperbaiki keduanya, kemampuan memegang nutrient (KPK) dan kapasitas pemegangan air. Sedang pada tanah – tanah berat, bahan organic akan memperbaiki penguasaan dan kemantapan tanah melalui perbaikan struktur tanahnya. Inilah alas an – alas an utama untuk menekan pemberian bahan organic secara teratur pada kebanyakan tanah tropika yang juga digunakan untuk produksi sayuran terutama pada budidaya sayuran yang intensif (Williams et al.,1993)
E.    Pengelolaan air di bidang pertanian
Irigasi berarti pemberian air pada tanaman untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhannya. Kebutuhan air tanaman sama dengan kehilangan air persatuan yang disebabkan oleh kanopi tanaman ditambah dengan hilangnya air yang melalui penguapan permukaan tanah dan penguapan melalui tajuk tanaman. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai banyaknya air yang hilang dari areal pertanian setiap satuan luas dan satuan waktu yang digunakan untuk dievaporasikan dari permukaan tanah. Jadi prinsipnya kebutuhan air tanaman adalah evapotranspirasi (Kartasapoetra, 1991).
Kaebutuhan air bagi tanaman dinyatakan sebagai jumlah satuan air yang diikat persatuan berat kering. Sementara tumbuh, tanaman terus menerus menghisap air dari tanah dan tumbuh cepat memerlukan banyak air, jauh lebih banyak dari pada jumlah yang  terdapat dalam  tanaman itu sendiri      (Santoso, 1993).
Untuk pengaturan tata air dipetak persawahan, perlu dibuat galengan-galengan dan pintu-pintu untuk pemasukan dan pengeluaran air, ke atau dari petak sawah agar air dalam petak sawah dapat diatur sesuai dengan keperluan air tanaman. Tinggi galengan dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu pasang banyak air tidak masuk ke petakan persawahan, supaya mengalirnya air pada waktu pasang maupun surut lancer (Harsoyo, 1990).
Struktur  tanah mempengruhi pertumbuhan tanah lewat pengaruhnya terhadap perkembangan akar tanaman dan proses fisiologi akar tanaman. Prosers fisiologi tersebut diantaranya absorbsi hara, absorbsi air, dan respirasi. Disamping itu struktur tanah juga berpungaruh terhadap pergerakan hara, air, dan sirkulasi oksigen dan CO2  dalam tanah (Islami et al.,1995).
Banyaknya air tanah yang tersedia untuk satu spesies terutama tergantung atas distribusi ukuran pori tanah. Disdtribusi ukuran ini kemudian tergantung atas tekstur tanah dan struktur tanah, tetapi secar umum tanah – tanah bertekstur ringan sampai sedang cenderung menahan lebih baik banyak air untuk digunakan tanaman daripada tanah – tanahy bertekstur kasar       (Fitter et al.,1991).

IV. HASIL DAN ANALISIS HASIL PENGAMATAN

A.    Hasil Pengamatan
1.      Evapotranspirasi
      Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Evapotranspirasi
Hari ke
Tomat
Cabe Rawit
Terong
BO (0)
BO (1/4)
BO (1/2)
BO (0)
BO (1/4)
BO (1/2)
BO (0)
BO (1/4)
BO (1/2)
1
44
75
33.3
20
84
82
0
0
0
2
142
295
190
170
137
72
272
442
0
3
322
305
310.8
327.5
328
300
356
479
385
4
342
337.5
358.3
406.67
380
386
418
310
350
5
344
375
378.3
416.67
382
452
437
392
432
6
394
371.25
373.3
436.67
400
422
434
424
428
7
406
445
400
435
322
374
450
438
434
8
382
412.5
368.3
363.33
444
334
444
416
390
9
324
250
260
323.33
340
226
294
292
242
10
354
327.5
351.6
370
394
269
321
356
334
11
366
335
343.3
367.5
364
280
332
334
325
12
366
337.5
378
329
244
300
363
364
318
13
386
346.25
373.3
396.67
360
261
364
341
374
14
398
355
390
386.33
376
293
356
346
370
15
328
280
271.6
307.5
319
212
292
292
298
16
328
296.25
271.6
298.33
312
210
283
278
296
17
327
287.5
302.5
310
359
226
299
288
321
18
314
283.75
302.5
291.67
323
221
294
285
311
19
314
288.75
290
298.33
303
224
263
276
307
20
322
273.75
281.6
292.5
305
221
261
264
294
21
318
250
281.6
290
304
226
275
268
293
22
320
278.75
269.1
301.67
302
191
266
285
232
23
319
277.5
269.1
301.67
316
222
288
286
305
24
321
282.5
271.6
281.67
322
234
287
285
327
25
352
315
312.5
300
322
232
286
346
331
26
329
265
267.5
293.33
299
206
316
288
308
27
340
294
281.6
290
304
189
304
292
304
28
326
280
273.3
294.167
296
188
397
281
294
29
314
271.25
259.1
288.33
301
207
274
291
296
30
313
267.5
266.6
275
308
236
278
292
295
          Sumber: laporan Sementara

B.     Analisis Hasil Pengamatan
a. Hasil Analisis Evapotranspirasi tanaman Tomat
    Ep= volume penyiraman – volume air tertampung
Bulan
Tanggal
Perhitungan Ep BO 0
Perhitungan Ep BO ¼
Perhitungan Ep BO ½
Mei
26
600 - 44 =556 ml
600 – 75 =525 ml
600 – 33.3= 566.7ml

27
600 - 142=458 ml
600 – 295=305 ml
600 – 190= 410ml

28
600 - 322=278 ml
600 – 305=295 ml
600 – 130.8= 292.2ml

29
600 – 342=258 ml
600 – 337.5= 262.5ml
600 – 358.3= 241.7ml

30
600 – 344=256 ml
600 – 375=225 ml
600 – 378.3=221.7ml

31
600 – 394=206 ml
600 – 371.25=228.75 ml
600 – 373.3= 226.7ml
Juni
1
600 – 406=194 ml
600 – 445=155 ml
600 – 400= 220ml

2
600 – 382=218 ml
600 – 412.5=187.5 ml
600 – 368.3= 231.7ml

3
400 – 324=76 ml
400 – 250=150 ml
400 – 260= 140ml

4
400 – 354=46 ml
400 – 327.5=72.5 ml
400 – 251.6= 48.4ml

5
400 – 366=34 ml
400 – 335=65ml
400 – 343.3 = 56.7ml

6
400 – 366=34 ml
400 – 337.5=62.5 ml
400 – 378= 22ml

7
400 – 386=14 ml
400 – 346.25=53.75ml
400 – 373.3= 26.7ml

8
400 – 398=2 ml
400 – 355=45 ml
400 – 390= 10ml

9
400 – 328=72 ml
400 – 280=120 ml
400 – 271.6= 128.4ml

10
400 – 328=72 ml
400 – 396.25=103.75 ml
400 – 271.6= 128.4ml

11
400 – 327=73 ml
400 – 287.5 =112.5 ml
400 – 302.5= 97.5ml

12
400 – 314=86 ml
400 – 283.75=116.25ml
400 – 302.5= 97.5ml

13
400 – 322=86 ml
400 – 288.75=111.25 ml
400 – 290= 110ml

14
400 – 318=78 ml
400 – 273.75=126.25ml
400 – 281.6= 118.4ml

15
400 – 320=82 ml
400 – 250=150 ml
400 – 281.6= 118.4ml

16
400 – 319=80 ml
400 – 278.75=121.25 ml
400 – 269.1= 130.9ml

17
400 – 321=81 ml
400 – 277.5=122.5ml
400 – 269.1= 130.9ml

18
400 – 352=79 ml
400 – 282.5=117.5ml
400 – 271.6= 128.4ml

19
400 – 329=48 ml
400 – 315=85ml
400 – 312.5= 87.5ml

20
400 – 340=71 ml
400 – 265=135 ml
400 – 267.5= 132.5ml

21
400 – 326=60 ml
400 – 294=106ml
400 – 281.6= 118.4ml

22
400 – 314=74 ml
400 – 280=120ml
400 – 273.3=126.7 ml

23
400 – 313=86 ml
400 – 271.25=128.5 ml
400 – 259.1=140.9ml

24
400 – 75  =87 ml
400 – 267.5 =132.5 ml
400 – 266.6=133.4 ml


b. Analisis Hasil Evapotranspirasi tanaman Cabe rawit
 Ep= volume penyiraman – volume air tertampung
Bulan
Tanggal
Perhitungan Ep BO 0
Perhitungan Ep BO ¼
Perhitungan Ep BO ½
Mei
26
600 – 20=580ml
600 – 84=516ml
600 – 82=518ml

27
600 – 170=430ml
600 – 137=463ml
600 – 72=528ml

28
600 – 327.5=272.5ml
600 – 328=272ml
600 – 300=300ml

29
600 – 406.67=193.33ml
600 –380=220ml
600 –386=214ml

30
600 – 416.67=183.33ml
600 –382=218ml
600 –452=148ml

31
600 –436.7=163.33ml
600 –400=200ml
600 –422=178ml
Juni
1
600 –435=165ml
600 –322=278ml
600 –374=226ml

2
600 –363.3=236.67ml
600 –444=156ml
600 –334=266ml

3
400 –323.3=76.67ml
400 –340=60ml
400 –266=174ml

4
400 –370=30ml
400 –394=6ml
400 –269=131ml

5
400 – 367.5=32.5ml
400 – 364=36ml
400 – 280=120ml

6
400 – 429.167=29.167ml
400 – 444=44ml
400 – 300=100ml

7
400 – 396.67=3.33ml
400 – 360=40ml
400 – 261=139ml

8
400 – 358.33=41.67ml
400 – 375=24ml
400 – 293=107ml

9
400 – 307.5=92.65ml
400 – 319=81ml
400 – 212=188ml

10
400 – 298.33=101.67ml
400 – 312=88ml
400 – 210=190ml

11
400 – 310=90ml
400 – 359=41ml
400 – 226=174ml

12
400 – 291.67=108.33ml
400 – 323=77ml
400 – 221=179ml

13
400 – 298.33=101.67ml
400 – 303=97ml
400 – 224=176ml

14
400 – 292.5=107.5ml
400 – 405=5ml
400 – 221=179ml

15
400 – 290=110ml
400 – 304=96ml
400 – 226=174ml

16
400 – 301.67=98.33ml
400 – 302=98ml
400 – 191=209ml

17
400 – 301.67=98.33ml
400 – 316=84ml
400 – 222=178ml

18
400 – 281.67=188.33ml
400 – 322=78ml
400 – 234=166ml

19
400 – 300=100ml
400 – 322=78ml
400 – 232=168ml

20
400 – 293.33=106.67ml
400 – 299=101ml
400 – 206=194ml

21
400 – 290=110ml
400 – 304=96ml
400 – 189=211ml

22
400 – 294.167=105.833ml
400 – 296=104ml
400 – 188=212ml

23
400 – 288.33=111.67ml
400 – 301=99ml
400 – 207=193ml

24
400 – 275=125ml
400 – 308=92ml
400 – 236=164ml

c. Hasil Analisis Evapotranspirasi tanaman terong
     Ep= volume penyiraman – volume air tertampung
Bulan
Tanggal
Perhitungan Ep BO 0
Perhitungan Ep BO ¼
Perhitungan Ep BO ½
Mei
26
600 – 44=556ml
600 – 75=525ml
600 – 33.3=566.7ml

27
600 – 142=458ml
600 – 295=305ml
600 – 190=410ml

28
600 – 322=278ml
600 – 305=295ml
600 – 310.8=292.2ml

29
600 – 342=258ml
600 –337.5=262.5ml
600 –358.3=241.7ml

30
600 – 344=256ml
600 –375=225ml
600 –378.3=221.7ml

31
600 –394=206ml
600 –371.25=228.75ml
600 –373.3=226.7ml
Juni
1
600 –406=194ml
600 –445=155ml
600 –400=200ml

2
600 –382=218ml
600 –412.5=187.5ml
600 –368.3=231.7ml

3
400 –324=76ml
400 –250=150ml
400 –260=140ml

4
400 –354=46ml
400 –327.5=72.5ml
400 –351.6=48.4ml

5
400 – 366=34ml
400 – 335=65ml
400 – 343.3=56.7ml

6
400 – 366=34ml
400 – 337.5=62.5ml
400 – 378=22ml

7
400 – 386=14ml
400 – 346.25=53.75ml
400 – 373.3=26.7ml

8
400 – 398=2ml
400 – 355=45ml
400 – 390=10ml

9
400 – 328=72ml
400 – 280=120ml
400 – 271.6=128.4ml

10
400 – 328=72ml
400 – 296.25=103.75ml
400 – 271.6=128.4ml

11
400 – 327=73ml
400 – 287.5=112.5ml
400 – 302.5=97.5ml

12
400 – 314=86ml
400 – 283.75=116.25ml
400 – 302.5=97.5ml

13
400 – 314=86ml
400 – 288.75=111.25ml
400 – 290=110ml

14
400 – 322=78ml
400 – 273.75=126.25ml
400 – 281.6=118.4ml

15
400 – 318=82ml
400 – 250=150ml
400 – 281.6=118.4ml

16
400 – 320=80ml
400 – 278.75=121.25ml
400 – 269.1=130.9ml

17
400 – 319=81ml
400 – 277.5=122.25ml
400 – 269.1=130.9ml

18
400 – 321=79ml
400 – 282.5=117.5ml
400 – 271.6=128.4ml

19
400 – 352=48ml
400 – 315=85ml
400 – 312.5=87.5ml

20
400 – 329=71ml
400 – 265=135ml
400 – 267.5=132.5ml

21
400 – 340=60ml
400 – 294=106ml
400 – 281.6=118.4ml

22
400 – 326=74ml
400 – 280=120ml
400 – 273.3=126.7ml

23
400 – 314=86ml
400 – 271.25=128.75ml
400 – 259.1=140.9ml

24
400 – 311=87ml
400 – 267.5=132.5ml
400 – 266.6=133.4ml


V.    PEMBAHASAN DAN KOMPREHENSIF

A.    Pembahasan
Air bagi tanaman sangat penting dibutuhkan untuk menunjang proses dekomposisi senyawa-senyawa oraganik yang berguna dalam penyediaan unsur-unsur hara bagi tanaman. Tingkat pengelolaan air menjadi sangat penting bagi pertumbuhan tanaman bila melihat kenyataan bahwa tidak semua air yang tersedia dalam tanah dapat digunakan sepenuhnya oleh tanaman itu.
Kebutuhan tanaman akan air berbeda untuk tanaman satu dengan tanaman yang lain, sehingga perlakuannya pun berbeda. Ada tanaman yang menghendaki penggenangan dan ada tanaman yang menghendaki pengairan dengan drainase yang baik. Untuk itu agar diperoleh produksi yang maksimum, dalam pembudidayaan kita harus tahu sifat-sifat tanaman yang kita budidayakan dengan baik, sehingga kita dapat menerapkan cara pemberian air yang tepat.
Kebutuhan air tanaman berbeda-beda sesuai dengan umur tanaman serta kemampuan daya serap tanaman terhadap air. Namun kebutuhan air bagi suatu areal pertanaman selain jenis tanaman juga dipengaruhi oleh jenis tanah, dan sifat tanah, keadaan iklim, kesuburan tanah, cara bercocok tanam, luas areal pertanaman, topografi, periode pertumbuhan tanaman dan tujuan irigasi.
Dalam praktikum pengelolaan air ini akan dibahas mengenai kapasitas air yang optimal bagi tanaman sehingga dapat diketahui cara penyiraman yang sesuai dengan kebutuhan air bagi tanaman. Dengan demikian akan efisien dan efektif dan tidak menyebabkan kejenuhan pada tanah yang akan mengakibatkan aerasi yang tidak baik. Begitu pula jika kekurangan, akan mengakibatkan kelayuan. Sebagai indikasi tanaman yang kita pakai adalah Terong, Tomat, dan Cabe rawit, sedangkan media tanah yang digunakan adalah Entisols. Dan perlakuan pemberian bahan organik pada tiga perlakuan yaitu BO 0, BO ¼, BO ½ kg. frekuensi pemberian air yang digunakan adalah setiap hari (sore disiram, paginya di ukur berapa air yang tertampung dalam kantung plastik).
Sebagai indikator pengamatan meliputi, tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang. Ketiga variable tersebut merupkan ukuran tanaman yang sering diamatis sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Sehingga dalam kesesuaian air yang diberikan akan terdapat pada indikator yang mempunyai nilai tertinggi yang nantinya dimungkinkan akan memberikan hasil yang maksimal.
Dari table hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pertumbuhan dari tanaman Terung, Tomat, Cabe rawit tersebut kurang baik. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan tinggi tanaman setiap minggu dan juga variable lainnya. Seharusnya pemberian air dengan frequensi tiap hari itu dapat memberi pengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman. Di samping itu juga pengaruh pemberian pupuk NPK sebagai pupuk dasar per polibag dan bahan organik dengan beberapa berat. Jumlah ini sesuai dengan anjuran untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut.
Pada Praktikum kali ini, sebagian besar benih tidak tumbuh hanya sebagian kecil. Namun jumlah cabang hingga akhir pengamatan tidak muncul percabangan. Hal ini dimungkinkan karena tingginya kadar auksin yang dapat menyebabkan dominasi apical. Dengan menurunnya kadar auksin maka tunas lateral dapat muncul. Faktor lain terhambatnya pertumbuhan yaitu unsure-unsur hara yang diberikan ada kemungkinan tidak dapat terserap banyak oleh tanaman karena banyak yang lolos terbawa air pada akhir pengamatan. Benih yang tidak tumbuh bisa disebabkan karena terlalu jenuh air untuk masa pertumbuhan benih. Sehingga benih busuk dan tidak dapat tumbuh. Dan sebaiknya benih disemaikan dahulu baru kemudian ditanam dalam pot besar (dalam perlakuan).
Evapotranspirasi tertinggi pada Tomat dengan perlakuan BO 0 terjadi pada pemberian air dengan volume 600 ml tanggal 26 Mei yaitu 556 ml, pada BO ¼ 525 ml pada hari yang sama dan volume air yang sama, demikian pula pada BO ½  Ep tertinggi yaitu pada tanggal 26 Mei dengan pemberian air 600 ml sebesar 566.7 ml.
Evapotranspirasi tertinggi pada Cabe rawit dengan perlakuan BO 0 terjadi pada pemberian air dengan volume 600 ml tanggal 26 Mei yaitu  580 ml, pada BO ¼  516 ml pada hari yang sama dan volume air yang sama, sedangkan pada Cabe rawit BO ½ Ep tertinggi yaitu pada tanggal 27 Mei dengan pemberian air 600 ml sebesar 528 ml.
Evapotranspirasi tertinggi pada Terong dengan perlakuan BO 0 terjadi pada pemberian air dengan volume 600 ml tanggal 26 Mei yaitu  600 ml, pada BO ¼  600 ml pada hari yang sama dan volume air yang sama, demikian pula pada BO ½  Ep tertinggi yaitu pada tanggal 26&27 Mei dengan pemberian air 600 ml sebesar  600 ml.
B.     Komprehensif  
Jenis dari tanah yang digunakan akan sangat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah dan ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Dalam praktikum kali ini kita mengunakan media tanah dengan jenis tanah Entisols sedangkan jenis tanamannya Terung, Tomat, dan Cabe rawit. Dengan perlakuan tambahan bahan organic dalam jumlah yang berbeda dan pupuk NPK sebagai pupuk dasar.
Tanah Entisols dengan disaring terlebih dahulu dengan tujuan agar ukuran partikel tanahnya seragam namun dengan kecilnya partikel tanah menyebabkan pori-pori tanah sedikit. Sehingga pemberianair dalam jumlah berlebihan menyebebkan tanah cepat jenuh. Hal tersebut juga menyebabkan udara yang tersedia untuk tanaman dalam tanah terbatas/ sedikit. Pada saat awal juga memungkinkan kebusukan benih tanaman.
Tumbuhan membutuhkan faktor lingkungan seperti sinar matahari, air, suhu, kelembaban dan unsure hara dari tanah untuk proses fotosintesis dan proses fisiologis lainnya. Intensitas cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap laju fotosintesis, respirasi, dan evapotranspirasi. Semakin tinggi intensitas cahaya matahari maka suhu meningkat sehingga laju proses-proses tersebut menjadi meningkat pula tetapi hanya sampai pada batas tertentu saja. Meningkatkan intensitas cahaya matahari juga berpengaruh meningkatkan laju kebutuhan air tanaman harus dapat mencukupi kebutuhan air tanaman. Pemberian air dapat dilakukan dengan cara penyiraman. Air yang terdapat alam tanah sangat dipengaruhi oleh evapotranspirasi sehingga jika evapotranspirasi lebih besar  dari air yang ada di dalam tanah akan menjadikan kelayuan bagi tanaman. Evapotranspirasi dipengaruhi oleh kecepatan angina, intensitas cahaya dan iklim. Usaha untuk mengatasinya adalah dengan penyiraman. Pola pengelolaan air yang tepat harus berdasarkan ilmu tentang hubungan tanah dan air. Manajement pengairan juga harus sesuai dengan kebutuhan dan waktunya. Dengan mempertahankan hal tersebut akan diperoleh tersebut akan diperoleh hasil yang maksimal baik kualitas maupun kualitas maupun kuantitas dengan sedikit biaya produksi yang digunakan.
Untuk itu kita harus memberi suplai air yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan tanaman serta kapasitas tanah sehingga kebutuhan air oleh tanaman dapat tercukupi, karena apabila terlalu banyak dalam pemberian air akan menyebabkan tanah menjadi jenuh dan akan menghambat pertumbuhan tanaman.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman selalu berhubungan dengan factor-faktor di atas. Semakin besar tanaman maka kebutuhannya akan semakin banyak. Semakin berkembang tanaman, daunnya semakin lebar dan semakin banyak jumlah daunnya, sehingga laju fotosintesisnya semakin bertambah. Hal ini berarti kebutuhan air, intensitas cahaya matahari dan unsure hara semakin besar.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Dari fasil pengamatan dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kebutuhan bagi tanaman dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur tanaman dan fase perkembangan.
2.   Pertumbuhan tanaman yang terbaik secara umum adalah pada tanaman tomat dengan air sebanyak 600 ml dan dengan penambahan bahan organic.
3.      Indikator kabutuhan air yang optimal bagi tanaman terlihat pada tinggi tanaman, lebar daun, jumlah cabang dan jumlah daun.
4.      Salah satu cara pemberian air irigasi adalah dengan cara penyiraman.
5.  Tanah Entisols mempunyai sifat drainase yang baik sehingga sangat cocok untuk media tanam tomat yang memerlukan tanah dengan drainase yang baik.
B.     Saran
1.  Sebelum menanaman tanaman, maka kita harus mengetahui seluk beluk dari tanaman yang akan ditanam, baik itu tentang faktor lingkungan yang dibutuhkan maupun tanaman itu sendiri.
2.      Melakukan pemeliharan secara tepat.
3.  Pada praktikum selanjutnya sebaiknya menggunakan jenis tanaman yang berbeda pula sehingga dapat mengetahui besarnya evapotranspirasi dan terhadap pertumbuhan tanaman tanaman tersebut.
4.      Analisis lebih lanjut tentang pengaruh pemberian air terhadap variable pertumbuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Darmawijaya, M. I. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Fitter,A.H. dan R.K.M. Hay.1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman.UGM Press.Yogyakarta.
Foth,H.D.1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Gadjah Mada University.Yogyakarta.
Grafiths, J. F. 1994. Applied Climatology. Oxford University Press. Yogyakarta.
Hardjodinomo, S. 1992. Ilmu Kimia dan Pengairan. Bina Cipta. Bandung.
Hardjowigwno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Harsayo, B. 1990. Irigasi dan Drainase. Kanisius. Yogyakarta.
Islami dan Utomo.1995. Hubungan Tanah. Bina Aksara.Jakarta.
Marjuki, Asnawi. 1993. Hidrologi Teknik Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia; Karakteristik, kalsifikasi dan Pemanfaatannya. PT. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta.
Pracaya. 1994. Bertanam Lombok. PT. Kanisius. Yogyakarta.
Rukmana, R. 1994. Bertanam Terung. Kanisius. Yogyakarta.
Sanchez, P. A. 1992. Sifat & Pengolahan Tanah Tropika. ITB. Bandung.
Santoso, B. 1993. Pengairan Untuk Pertanian. Mulia. Jakarta.
Setiadi. 1994. Jenis dan Budidaya Cabe Rawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Tugiyono, H. 1995. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wiesner. 1991. Pengaruh Evaporasi pada Berbagai Kehidupan. Balai Pustaka. Jakarta.
Williams, C. N. J. O. Uzo. W, TH. Peregine. 1993. Produksi sayuran di Daerah Tropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

---------------------------------------
Sumber : 
Praktikum Agrohidrologi UNS (Juli 2005) 



AGRO HIDROLOGI TANAMAN PERTANIAN

thanks for your comments

Top