728x90 AdSpace

Latest

Selasa, 02 Januari 2018

KAJIAN PENGELOLAAN TANAH TERHADAP TINGKAT BAHAYA EROSI MENGGUNAKAN METODE USLE DAN GIS (BAB I - II)



KAJIAN PENGELOLAAN TANAH TERHADAP TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN TLOGOWUNGUDENGAN MENGGUNAKAN METODE USLE DAN GIS




I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Salah satu masalah pokok yang kita hadapi dalam pengelolaan sumber daya alam untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya petani, adalah bagaimana sumber daya alam tersebut dapat dimanfaatkan secara efisien dan lestari baik bagi generasi sekarang maupun yang akan datang. Oleh karena itu, penerapan teknik konservasi tanah dan air merupakan kunci keberlanjutan usaha tani.
Perencanaan penerapan teknologi konservasi tanah yang tepat, efektif dan efisien diperlukan data erosi yang dapat diperoleh dengan pengukuran langsung di lapangan.  Erosi merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu pelepasan, pengangkutan, dan pengendapan bahan-bahan tanah oleh penyebab erosi (Asdak,1995).
Terjadinya erosi yang dipercepat diakui secara luas sebagai suatu permasalahan global yang serius (Lal,1984). United Nations Enviromental program menyatakan bahwa produktivitas lahan seluas ± 20 juta ha setiap tahun mengalami penurunan ke tingkat nol atau menjadi tidak ekonomis disebabkan oleh erosi tanah. Selanjutnya, Burings dalam Lal (1994) mengestimasi bahwa telah terjadi annual global loss dari lahan pertanian seluas tiga juta ha per tahun yang disebabkan oleh erosi tanah.
Erosi sangat menentukan berhasil tidaknya suatu pengelolaan lahan. Oleh karena itu, erosi merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan pengelolaan lahan khususnya untuk pengelolaan tanahnya.
Di sebagian besar wilayah di Indonesia, termasuk daerah yang sangat berpotensi terjadi erosi, yang disebabkan oleh tingginya jumlah dan intensitas curah hujan (Undang Kurnia et al., 2004).
 Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati memiliki rata-rata hujan lebih dari 1.500 mm per tahunnya, ketinggian tempat dari 50 – 1500 mdpl serta memiliki lahan kritis dengan luas 797,40 ha dan untuk jumlah luas wilayah 9.446 ha. Kecamatan Tlogowungu rawan terjadi bahaya erosi, hal tersebut terlihat dari beberapa peristiwa yang terjadi seperti peristiwa tanah longsor di beberapa wilayah di Tlogowungu dan banjir yang terjadi di dataran rendah Kabupaten Pati, tepatnya di sebelah selatan Kota Pati  yang diprediksi air berasal dari wilayah hulu lereng timur gunung muria khususnya Kecamatan Gembong dan Tlogowungu (BPSDA Serang Lusi Juwana -SELUNA)
Sistem pengelolaan tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi, pengelolaan tanah yang tidak sesuai dan tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi dapat menyebabkan penurunan produktivitas tanah dan menyebabkan degradasi lahan. Pengelolaan tanah yang meliputi faktor karakteristik fisik, kimia dan biologi tanah dilakukan untuk mencegah terjadinya degradasi tanah yang akan berdampak pula pada degradasi lahan.
Penentuan dan pemetaan tingkat bahaya erosi sangat diperlukan selain sebagai dasar penentuan teknik konservasi yang tepat juga penting dalam mengantisipasi terjadinya bahaya seperti tanah longsor.
Dengan mengetahui tingkat bahaya erosi pada tiap satuan lahan, maka dapat dijadikan sebagai salah satu informasi penting dalam perencanaan penggunaan teknik konservasi yang sesuai pada tiap satuan lahan yang diharapkan dapat meminimalisir terjadinya erosi dan menekan terjadinya penurunan produktivitas tanah, sehingga tanah tersebut dapat berproduksi secara lestari.

B. Perumusan Masalah
Dalam upaya mencegah terjadinya degradasi lahan dan berbagai bencana yang disebabkan oleh erosi, maka perlu pengukuran (secara tidak langsung dilapang), pemetaan serta pengkajian hubungan pengelolaan tanah dengan Tingkat Bahaya Erosi di Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati. Metode ini dapat dijadikan salah satu alternatif dasar pemilihan penggunaan teknologi konservasi yang tepat dan efisien pada tiap pengelolaan lahan guna kelestarian sumber daya alam khususnya untuk usaha tani yang berkelanjutan. Pengelolaan tanah yang baik (secara kualitas maupun kuantitas) sangat diperlukan untuk peningkatan produksi pertanian dan kepentingan kelestarian lingkungan khususnya di Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati.


C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Identifikasi pola  pengelolaan tanah
2. Analisis tingkat bahaya erosi pada tiap satuan lahan
3. Mengetahui alternatif pengelolaan tanah terbaik berdasarkan konsep konservasi tanah dan air.

D.Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya yaitu:
1. Memberikan informasi berupa data pola pengelolaan tanah yang paling sesuai berdasarkan konsep konservasi tanah dan air di wilayah tersebut
2. Sebagai pertimbangan teknik konservasi yang sesuai di Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati
3. Inventarisasi sumber daya lahan khususnya potensi erosi di wilayah Kabupaten Pati.



 

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.      Pengelolaan Tanah
Pengelolaan tanah mencakup banyak tindakan atau perlakuan yang bersifat agroteknis yang langsung berurutan dengan  aspek konservasi tanah, drainase, pergiliran tanaman dan usaha untuk mempertahankan kandungan bahan organik dalam tanah yang semuanya itu mempunyai kaitan dengan aspek agro sosio ekonomi.
Kunci penting usaha pengelolaan tanah adalah bagaimana menjaga atau memelihara sebaik-baiknya lapisan tanah atas yang tebalnya tidak lebih dari 35 cm agar tetap dalam keadaan baik. Jadi pengertian "pengelolaan" sudah mencakup semua tindakan yang bertujuan melindungi atau mengawetkan tanah agar kesuburannya bertahan dalam jangka panjang
Pengolahan tanah adalah tindakan yang dilakukan dengan maksud untuk menciptakan keadaan tanah yang baik, yang memenuhi keperluan tanaman. Pencangkulan ringan, atau dalam sesuai dengan maksud perkembangan tanaman perlu dilakukan bila tanah sudah cukup padat. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menggemburkan tanah. Yang terpenting adalah memfungsikan pori – pori udara tanah agar udara dapat tersebar dengan baik di dalam tanah ( Kartasapoetra, et al., 1987 ).
Pengelolaan tanah memegang peranan penting dalam peningkatan dan mempertahankan produksi. Pengelolaan tanah meliputi pengolahan tanah dan pemupukan. Pengolahan tanah dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman melalui perbaikan aerasi, pergerakan air dan penetrasi akar dalam profil tanah. Tanah harus mengandung cukup air dan udara serta cukup gembur agar akar dapat tumbuh dan menyerap unsur hara yang cukup bagi pertumbuhannya  (Hakim et al., 1980).  


B.       Erosi
Erosi tanah adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh pergerakan air maupun angin. Proses ini dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah, daya dukung tanah untuk produksi pertanian dan kualitas lingkungan hidup
(Suripin, 2002).
Erosi pada dasarnya proses perataan kulit bumi. Proses ini terjadi dengan penghancuran, pengangkutan dan pengendapan. Di alam ada dua penyebab utama yang aktif dalam proses ini yakni angin dan air. Akan tetapi dengan adanya aktifitas manusia, maka manusia menjadi faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi erosi.
Dua peristiwa utama erosi, yaitu pelepasan dan pengangkutan merupakan penyebab erosi tanah yang penting. Dalam proses erosi, pelepasan butir tanah mendahului peristiwa pengangkutan, tetapi pengangkutan tidak selalu diikuti oleh pelepasan. Agen pelepasan tanah yang penting adalah tetesan butir hujan yang jatuh di permukaan tanah. Tetesan air hujan akan memukul permukaan tanah, mengakibatkan gumpalan tanah menjadi butir-butir yang lebih kecil dan terlepas. Butir-butir tanah yang terlepas tersebut sebagian akan terlempar ke udara dan jatuh lagi di atas permukaan tanah, dan sebagian kecil akan mengisi pori-pori kapiler tanah, sehingga akan menghambat proses infiltrasi.
(Undang Kurnia et al, 2004).
Di daerah beriklim tropika basah, air merupakan penyebab utama erosi tanah, sedangkan angin tidak mempunyai pengaruh yang berarti. Proses erosi oleh air merupakan kombinasi dua sub proses yaitu penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi tumbuk butir-butir hujan yang menimpa tanah dan perendaman oleh air yang tergenang (proses dispersi) dan pemindahan (pengangkutan) butir-butir tanah oleh percikan hujan dan penghancuran struktur tanah diikuti pengangkutan butir-butir tanah tersebut oleh air yang mengalir di permukaan tanah (Arsyad, S. 1989).
Suatu bagian lereng mendapat input bahan-bahan tanah yang dapat dierosikan dari lereng atas serta penghancuran tanah di tempat tersebut oleh pukulan curah hujan dan pengikisan aliran permukaan. Disamping itu terdapat hasil akibat pengangkutan tanah oleh curahan air hujan dan aliran permukaan bila total daya angkut dari air tersebut (curahan air hujan + aliran permukaan) lebih besar dari tanah yang tersedia untuk diangkut, maka akan terjadi erosi. Sebaliknya jika total daya angkut lebih kecil dari total tanah yang  dihancurkan akan terjadi pengendapan di bagian lereng tersebut 
Pada daerah tropis dengan curah hujan lebih dari 1500 mm/tahun seperti indonesia maka air menjadi sumber  penyebab utama terjadinya erosi. Proses erosi tanah yang disebabkan oleh air meliputi tiga tahap yaitu: pemecahan bongkah dan partikel tanah; pengangkutan butir-butir yang sangat kecil dan halus; pengendapan partikel-partikel tersebut ke tempat yang lebih rendah (Sarief, 1985).

C.          Faktor – Faktor Erosi
1. Faktor Erosivitas Hujan (R)
Erosivitas adalah kemampuan air hujan untuk menghancurkan dan menghanyutkan partikel tanah. Jadi merupakan fungsi sifat fisik curah hujan (jumlah hujan, lama hujan, ukuran butir serta kecepatan jatuh butir hujan) yang menentukan kemampuannya dalam menghancurkan dan menghanyutkan partikel tanah (erosi).
Erosivitas hujan dapat diperoleh dengan menghitung besarnya energi kinetik hujan (Ek) yang ditimbulkan oleh intensitas hujan. Dalam model USLE, R atau EI 30 diperoleh dari hasil perkalian energi kinetik hujan dengan intensitas hujan maksimum selama 30 menit (I30) atau energi kinetik hujan dengan intensitas hujan yang lebih besar dari 25 mm dalm satu jam (KE> 1). Untuk menghitung EI30 atau KE > 1 diperlukan curah hujan yang diperoleh dari pencatat alat pencatat hujan (Rahim, 2000).
  
2. Faktor Erodibilitas Tanah (K)
Besarnya nilai K ditentukan oleh tekstur, struktur, permeabilitas, dan bahan organik tanah. Erodibilitas tanah  didefinisikan mudah tidaknya suatu tanah untuk dihancurkan oleh kekuatan jatuhnya butir-butir hujan dan/ atau oleh kekuatan aliran permukaan.
3. Faktor Panjang Dan Kemiringan Lereng (LS)
Topografi berperan dalam menentukan kecepatan aliran permukaan yang membawa partikel-partikel tanah dalam rangka terjadinya erosi atau kerusakan tanah.
Dalam hal ini terdapat tiga faktor yang mempengaruhi: (a) Panjang lereng. Semakin panjang lereng tanah tersebut semakin besar pula kecepatan aliran permukaannya. (b). Kemiringan lereng. Pada tanah dengan kemiringan lereng besar laju aliran di permukaan tanah akan lebih cepat. (c). Bentuk lereng. Pada lereng yang tidak bergelombang laju aliran di permukaan tanah lebih besar (Kartasapoetra, 1987).
Pada lereng curam pengangkutan tanah atau pemindahan yang terus-menerus karena erosi dapat menampakkan horison yang lebih tipis sebagai modifikasi profilnya. Akibatnya tanah pada lereng yang curam mempunyai solum yang lebih tipis, bahan organiknya lebih sedikit dibanding pada daerah dengan topografi rata atau bergelombang. Perbedaan profil yang disebabkan oleh perbedaan lereng ini kurang menonjol pada tanah yang berkembang pada bahan induk yang bertekstur kasar yang drainase bagian dalamnya sangat cepat (Foth, 1998).
4. Faktor Pengelolaan Tanaman (C)
Pada dasarnya penentuan nilai C sangat rumit/sulit, karena harus mempertimbangkan sifat perlindungan tanaman terhadap erosivitas hujan. Sifat perlindungan tanaman harus dinilai sejak dari pengolahan tanah hingga panen, bahkan hingga penanaman berikutnya. Selain itu, penyebaran hujan selama satu tahun juga perlu memperoleh perhatian.
Untuk mendapatkan nilai C tanpa mengurangi ketelitian prediksi erosi yang hendak dicapai dapat ditempuh cara dengan merujuk publikasi yang telah ada sesuai dengan kondisi Indonesia. Bila untuk sebidang lahan terdapat rotasi tanaman atau cara pengelolaan tanaman yang tidak tercantum dalam publikasi yang dirujuk, maka dapat ditempuh dengan memperhitungkan kembali nilai C tersebut berdasarkan nilai-nilai C pada publikasi rujukan.
5. Faktor Tindakan Konservasi Tanah (P)
Tindakan konservasi tanah yang dimaksud tidak hanya teknik konservasi tanah secara mekanis atau fisik saja, tetapi juga berbagai macam usaha yang bertujuan mengurangi erosi tanah.
Untuk mengetahui teknik konservasi tanah disuatu unit lahan, melalui interpretasi foto udara dengan skala 1: 50.000 atau lebih kecil agak sukar. Untuk mengatasi kekurangan tersebut uji-medan maupun informasi yang tersedia akan sangat membantu (Undang Kurnia et al, 2004).

D.      Tingkat Bahaya Erosi
Mengetahui besarnya erosi yang terjadi pada suatu daerah yang digunakan sebagai lahan pertanian adalah sangat penting bagi pelaksanaan pengawetan tanah dan air. Jika besarnya erosi yang terjadi dan batas erosi maksimum masih diperbolehkan pada suatu daerah, maka penggunaan tanah dan perlakuan yang diberikan dapat direncanakan sedemikian rupa sehingga laju erosi yang terjadi pada daerah tersebut tidak melampaui batas yang ditentukan sehingga produktivitas lahan dapat dipertahankan dan ditingkatkan tanpa mengurangi kesetimbangan lingkungan sumber daya alam.
Besarnya erosi pada sebidang lahan dapat dihitung dengan menggunakan rumus USLE yaitu:
A = RKLSCP
Dimana :
A =  rata-rata kehilangan tanah (ton/ha/tahun)
R = erosivitas hujan
K = erodibilitas tanah
L = panjang kelerengan
S = kemiringan lereng
C = vegetasi penutup tanah
P = konservasi tanah yang dilakukan. (Wischmeir dan Smith, 1978)
Pengukuran erosi dan perhitungan tanah yang hilang akibat erosi dapat dilakukan dengan pengukuran erosi secara langsung di lapangan dengan metode kualitatif, kuantitatif atau dengan metode prediksi. Metode tersebut dipakai untuk mengukur besarnya erosi tanah yang hilang dari suatu areal lahan pada periode waktu tertentu yang bergantung pada jenis erosi, luasan areal dan tujuan pengukuran erosi (Haryadi, 1997).
Bahaya erosi adalah suatu ukuran yang digunakan sebagai dasar pembuatan RTL RLKT (Rencana Teknik Lapangan dengan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah). Bahaya erosi ini adalah suatu perkiraan  maksimum kehilangan tanah pada suatu unit lahan (Anonim, 1994).

E.       Konservasi Tanah Dan Air
Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah.
Dengan memperhatikan masalah utama yang ada serta besarnya nilai masing-masing faktor erosi (R, K, LS, C, P), teknologi konservasi tanah secara teknik dapat ditentukan. Namun hal ini masih merupakan alternatif, karena harus juga diperhatikan hal-hal yang bersifat non teknis, misalnya perhitungan ekonomi, sosial, status tanah dan kadang-kadang etnis atau adat setempat (Sinukaban, 1989).
Teknologi konservasi tanah seperti pembuatan teras, penanaman dalam strip, penanaman penutup tanah, pemilihan pergiliran tanaman yang cocok, penggunaan pupuk yang tepat, dan drainase dalam literatur sering dijabarkan sebagai teknologi yang melindungi atau memperbaiki tanah pertanian secara keseluruhan. Akan tetapi perlu ditekankan bahwa teknologi-teknologi tersebut dapat efektif apabila penggunaan lahannya sudah cocok. Tidak ada agroteknologi yang memungkinkan tanaman dapat tumbuh dengan baik dan tidak ada teknologi konservasi yang dapat mencegah erosi kalau kondisi tanahnya tidak cocok untuk pertanian (Sinukaban, 1989).
Usaha pengendalian erosi dan atau usaha pengawetan tanah dapat dilaksanakan dengan teknologi vegetatif atau biologi dan mekanik. Usaha pengendalian erosi dan atau pengawetan tanah (dan air) yang dilakukan dengan mernanfaatkan cara vegetatif adalah didasarkan pada peranan tanaman, di mana tanaman-tanaman itu sebagian telah diterangkan mempunyai peranan untuk mengurangi erosi.
Cara vegetatif atau cara memanfaatkan peranan tanaman dalam usaha pengendalian erosi dan atau pengawetan tanah dalam pelaksanaannya dapat meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : (a) Penghutanan kembali dan penghijauan, (b) Penanaman tanaman penutup tanah, (c) Penanaman tanaman secara garis kontur, (d) Penanaman tanaman dalam strip, (e) Penanaman tanaman secara bergilir, dan (f) Permulsaan atau pemanfaatan serasah tanaman.
Usaha pengendalian erosi dapat juga dilakukan dengan cara teknis mekanis walaupun pada kenyataannya cara ini membutuhkan pembiayaan yang besar dibanding dengan cara vegetatif, karena menyangkut pembuatan prasarana, seperti (a) pembuatan jalur-jalur bagi pengaliran air dan tempat-tempat tertentu ke tempat-tempat pembuangan, (b) pembuatan teras-teras atau sengkedan-sengkedan agar aliran air dapat terhambat sehingga daya angkut atau hanyutnya berkurang, (c) pembuatan selokan dan parit ataupun rorak-rorak pada tempat-tempat tertentu, (d) melakukan pengolahan tanah sedemikian rupa yang sejajar dengan garis kontur.
Beberapa cara pengendalian erosi secara mekanis hubungannya dengan kontur antara lain: a. Guludan: Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut garis kontur atau memotong lereng, untuk mengendalikan aliran permukaan; b.Teras gulud: Mirip dengan guludan yang dilengkapi dengan saluran. Pembuatannya diutamakan pada lereng yang lebih curam dan peka erosi; c.Teras kredit/teras sederhana: Teras ini merupakan modifikasi dan  penyempurnaan dari teras guludan. Bangunannya dibuat sedemikian rupa, sehingga mempunyai daya tampung lumpur lebih besar dari teras gulud. Disarankan menanam tanaman pagar, penguat gulud atau dengan membuat sengkedan dari batu, kayu, bambu, sisa barang/tanaman; d.Teras bangku: Teras bangku atau disebut juga teras tangga, dibangun terutama untuk mengurangi panjang lereng. Teras ini disarankan dibuat pada lahan dengan kemiringan 20% - 30% dan mempunyai kedalaman efektif yang dalam/tebal; e. Saluran pembuangan air (SPA): Saluran pembuangan air dibuat untuk menampung dan mengalirkan air limpasan yang sudah tidak tertampung pada teras. Saluran ini dibuat searah kemiringan lereng (memotong kontur) dan  sebaiknya dibuat pada saluran alam yang ada; f. Terjunan air: Terjunan air dibuat pada saluran pembuangan air (SPA) untuk mengurangi kecepatan dan lapisan/ campuran air; g. Rorak/ Got buntu/ lubang buta: Rorak adalah suatu bangunan berupa got buntu yang dibuat pada bidang olah tanah/teras dimaksudkan untuk menangkap air limpasan permukaan dan juga tanah yang tererosi (Undang Kurnia et al, 2004).
Untuk cara pengolahan tanah konservasi yang dapat memperkecil terjadinya erosi adalah (a).Tanpa olah tanah (TOT): Tanah yang akan ditanami tidak diolah dan sisa-sisa tanaman sebelumnya dibiarkan tersebar di permukaan, yang akan melindungi tanah dari ancaman erosi selama masa yang sangat rawan yaitu pada saat pertumbuhan awal tanaman. Penanaman dilakukan dengan tugal. Gulma diberantas dengan menggunakan herbisida; (b).Pengolahan Tanah Minimal: Tidak semua permukaan tanah diolah, hanya barisan tanaman saja yang diolah dan sebagian sisa-sisa tanaman dibiarkan pada permukaan tanah; (c). Pengolahan Tanah Menurut Kontur: Pengolahan tanah dilakukan memotong lereng sehingga terbentuk jalur-jalur tumpukan tanah dan alur yang menurut kontur atau melintang lereng. Pengolahan tanah menurut kontur akan lebih efektif jika diikuti dengan penanaman menurut kontur juga yang memungkinkan penyerapan air dan menghindarkan pengangkutan tanah (Undang Kurnia et al, 2004).

F.       Sistem Informasi Geografis (SIG)
GIS singkatan dari Geographic Information System atau Sistem Informasi Geografis. GIS merupakan suatu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk mengelola (input, manajemen, proses, dan output) data spasial atau data yang bereferensi geografis. Setiap data yang menunjuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan penduduk suatu daerah. Data jaringan jalan suatu kota data distribusi lokasi pengambilan sampel dan sebagainya (Nuarsa I wayan 2005).
Arc View adalah salah satu perangkat lunak GIS yang paling populer dan banyak digunakan untuk mengelola data spasial dewasa ini. Software ini dibuat oleh ESRI (Enviromental System Research Institute) yaitu Perusahaan yang mengembangkan program Arcinfo Di dalam melakukan analisis setiap obyek di muka bumi dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk yaitu : titik, garis, dan poligon atau areal. Titik tidak punya dimensi panjang dan digunakan untuk menggambarkan obyek atau simbol yang memanjang seperti jalan atau sungai yang merupakan dimensi panjang sehingga garis ini dapat  dihitung panjangnya. Poligon atau areal mempunyai dimensi panjang dan lebar sehingga dapat dihitung luasnya.
Kemampuan GIS untuk perhitungan erosi antara lain: menginventarisasi faktor-faktor erosi, menampilkan peta parameter erosi, overlay peta parameter erosi, operasi statistik dan layout. Aplikasi SIG di bidang sumber daya alam sebagai inventarisasi, manejemen kesesuaian lahan untuk pertanian, perkebunan, kehutanan, perencanaan, tata guna lahan, analisis daerah rawan bencana (erosi, banjir, tanah longsor dan sebagainya). SIG sangat efektif di dalam membantu proses–proses pembentukan, pengembangan atau perbaikan peta mental (peta mengenai gambaran lingkungan sekitar yang tersimpan dalam pikiran setiap manusia yang mencerminkan pengetahuan, prasangka dan atau tanggapan individu yang bersangkutan).
Proses penggambaran data/ informasi tingkat erosi ke bidang datar  dapat dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem Informasi Geografis merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola (input, manajemen, proses, dan output) data spasial atau data yang bereferensi geografis ( data yang merujuk lokasi di permukaan bumi). (Nuarsa I wayan 2002).  

------------------------------------------------------------------------------ 
JUDUL & KATA PENGANTAR 
BAB V   : KESIMPULAN DAN SARAN 
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN I 
LAMPIRAN II 
LAMPIRAN III
KAJIAN PENGELOLAAN TANAH TERHADAP  TINGKAT BAHAYA EROSI MENGGUNAKAN METODE USLE DAN GIS (BAB I - II)
  • Title : KAJIAN PENGELOLAAN TANAH TERHADAP TINGKAT BAHAYA EROSI MENGGUNAKAN METODE USLE DAN GIS (BAB I - II)
  • Posted by :
  • Date : Januari 02, 2018
  • Labels :

thanks for your comments

Top