728x90 AdSpace

Latest

Rabu, 14 Desember 2022

Sejarah Gunung Papandayan - Dahulu, Kini, dan Nanti


Gunung Papandayan adalah gunung api strato yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Gunung dengan ketinggian 2.665 meter di atas permukaan laut itu terletak sekitar 70 km sebelah tenggara Kota Bandung. Pada Gunung Papandayan, terdapat beberapa kawah yang terkenal. Di antaranya Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk. Kawah-kawah tersebut mengeluarkan uap dari sisi dalamnya.

Topografi di dalam kawasan curam, berbukit dan bergunung serta terdapat tebing yang terjal. Menurut kalisifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk type iklim B, dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/thn, kelembaban udara 70 – 80% dan temperatur 10 °C.
Gunung api strato atau stratovolcano adalah gunung api yang tersusun atas perselingan endapan piroklastika dan aliran lava. 
Stratovolcano  juga dikenal sebagai gunung api komposit, adalah sebuah gunung berapi, tinggi kerucut dibangun oleh banyak lapisan (strata) dari lava mengeras, tephra, batu apung, dan abu vulkanik

Keaneragaman Hayati

Potensi flora di dalam kawasan gunung ini di antaranya Pohon Suagi (Vaccinium valium), Edelweis (Anaphalis javanica), Puspa (Schima walichii), Saninten (Castanea argentea), Pasang (Quercus platycorpa), Kihujan (Engelhardia spicata), Jamuju (Podocarpus imbricatus ), dan Manglid (Magnolia sp ). Sedangkan potensi fauna kawasan di antaranya Babi Hutan ( Sus vitatus ), Trenggiling (Manis javanicus), Kijang (Muntiacus muntjak), Lutung (Trachypitecus auratus ) serta beberapa jenis burung antara lain Walik (Treron griccipilla ), dan Kutilang ( Pycononotus aurigaste )

Gunung Papandayan mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous.



Potensi Wisata

Beberapa lokasi yang menarik dan sering dikunjungi wisatawan di antaranya :
  • Kawah Papandayan, merupakan komplek gunung berapi yang masih aktif seluas 10 Ha. Pada komplek kawah terdapat lubang-lubang magma yang besar maupun kecil, dari lubang-lubang tersebut keluar asap/uap air hingga menimbulkan berbagai macam suara yang unik.
  • Blok Pondok Saladah, merupakan areal padang rumput seluas 8 Ha, dengan ketinggian 2.288 meter di atas permukaan laut. Di daerah ini mengalir sungai Cisaladah yang airnya mengalir sepanjang tahun. Lokasi ini sangat cocok untuk tempat berkemah.
  • Blok Sumber Air Panas letaknya di perbatasan Blok Cigenah, sumber air panas ini mengandung belerang dan berhasiat dalam penyembuhan penyakit kulit terutama gatal-gatal. Secara keseluruhan kawasan ini memiliki panorama alam yang indah dengan lingkungan yang relatif masih utuh dan alami yang ditunjang dengan kesejukan udara.
Kegiatan Wisata Alam yang dapat dilakukan antara lain menikmati keindahan dan keunikan alam, lintas alam, berkemah, memotret, mandi air yang mengandung belerang untuk pengobatan penyakit kulit.

Letusan

Dalam catatan sejarah, Gunung api Papandayan tercatat telah beberapa kali meletus di antaranya pada 12 Augustus 1772, 11 Maret 1923, 15 Agustus 1942, dan 11 November 2002.[4] Letusan besar yang terjadi pada tahun 1772 menghancurkan sedikitnya 40 desa dan menewaskan sekitar 2957 orang. Daerah yang tertutup longsoran mencapai 10 km dengan lebar 5 km.[5]

Pada 11 Maret 1923 terjadi sedikitnya 7 kali erupsi di Kawah Baru dan didahului dengan gempa yang berpusat di Cisurupan. Pada 25 Januari 1924, suhu Kawah Mas meningkat dari 364 derajat Celsius menjadi 500 derajat Celcius. Sebuah letusan lumpur dan batu terjadi di Kawah Mas dan Kawah Baru dan menghancurkan hutan. Sementara letusan material hampir mencapai Cisurupan. Pada 21 Februari 1925, letusan lumpur terjadi di Kawah Nangklak. Pada tahun 1926 sebuah letusan kecil terjadi di Kawah Mas.

Sejak April 2006 Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan status Papandayan ditingkatkan menjadi waspada, setelah terjadi peningkatan aktivitas seismik. Pada 7-16 April 2008 Terjadi peningkatan suhu di 2 kawah, yakni Kawah Mas (245-262 derajat Celsius), dan Balagadama (91-116 derajat Celsius). Sementara tingkat pH berkurang dan konsentrasi mineral meningkat. Pada 28 Oktober 2010, status Papandayan kembali meningkat menjadi level 2.

Biaya Pendakian

Biaya yang dikenakan termasuk mahal untuk tempat berwisata yang mencakup semua golongan umur. Tarif masuk Orang, Kendaraan, dan fasilitas di Gunung Papandayan Garut berlaku di Bulan Desember 2022 untuk Weekday dan hari Libur 

WeekDay (Hari Biasa Senin-Jum'at))

  • Pengunjung Nusantara : Rp.20.000/orang
  • Pengunjung Mancanegara (Bule) : Rp.200.000/orang
  • Rombongan Pelajar : Rp. 18.000/orang
  • Roda 2 : Rp. 12.000
  • Roda 4 : Rp. 25.000
  • Roda 6 : RP. 110.000
  • Sepeda : Rp. 7.000

WeekEnd (Hari Libur Sabtu-Minggu dan Hari Libur Besar Lainnya)

  • Pengunjung Nusantara : Rp.30.000/orang
  • Pengunjung Mancanegara (Bule) : Rp.300.000/orang
  • Rombongan Pelajar : Rp. 20.000/orang
  • Roda 2 : Rp. 17.000
  • Roda 4 : Rp. 35.000
  • Roda 6 : RP. 150.000
  • Sepeda : Rp. 10.000

Tarif Masuk Lainnya

1. Camping : Rp.35.000/orang
2. Camping Rombongan Pelajar : Rp.23.000/orang
3. Camping P.Mancanegara (bule) : Rp. 105.000/orang
4. Teraphy Air Panas Dewasa (Week Day) : Rp.20.000/orang
5. Teraphy Air Panas Dewasa (Week End) : Rp.25.000/orang
6. Teraphy Air Panas Anak (Week Day) : Rp.10.000/orang
7. Teraphy Air Panas Anak (Week End) : Rp.55.000/orang
8. Shooting Individu/Company : Rp.800.000
9. Shooting Komersil : Rp.2.000.000/hari (full day)
10. Shooting Komersil : Rp.1.800.000(kurang dari 1 hari)
11. Photo Prewedding : Rp.500.000
12. Umbul-umbul : Rp.30.000/tiang
13. Jasa Stand (Max.4x4m) : Rp.500.000
14. Toilet : Rp.2.000 (Mo; Pipis, Ee, Cuci Muka , Mandi)



-------------------------------------
Memiliki sejumlah gunung berapi yang aktif menjadikan Indonesia rawan akan bencana alam yang bisa datang kapanpun. Keberadaan gunung-gunung tersebut merupakan pengaruh dari kondisi geologis Indonesia yang terletak di antara beberapa lempeng bumi. Lempeng bumi yang selalu bergerak menimbulkan tubrukan antarlempeng yang semakin lama memunculkan gunung. Selain itu, Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik yang melewati Indonesia turut memengaruhi. Menurut Geertz (1976: 38 – 41), gunung api aktif banyak berada di Pulau Jawa dan di sekitar gunungnya selalu dipadati pemukiman penduduk sebab menjadi sumber bagi kehidupan.

Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, terdapat tiga tipe gunung api aktif di Indonesia yang dikelompokkan berdasarkan sejarah letusannya, yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C. Pengelompokan tersebut hanya berdasarkan pernah dan tidaknya gunung api tersebut meletus sejak tahun 1600, sehingga tidak memberi keterangan jelas tentang ancaman bahaya dan karakteristik gunung api (Pratomo, 2006). Walaupun demikian, penggolongan gunung api ini berguna untuk merancang manajemen bencana.

Dalam artikel ini, akan dibahas mengenai salah satu gunung api aktif tipe A di Indonesia, yaitu Gunung Papandayan. Terletak di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Gunung Papandayan ini memiliki tinggi sekitar 2.665 mdpl. Gunung yang termasuk ke dalam gunung api tipe A ini pernah mengalami erupsi setelah tahun 1600, tepatnya pada tahun 1772, 1923, 1942, dan 2002. Beberapa peristiwa tersebut menunjukkan bahwa aktivitas vulkanisme Gunung Papandayan cukup aktif.



Saat Indonesia masih di bawah bayang-bayang kolonialisme Belanda, tepatnya di tahun 1772, Gunung Papandayan mengeluarkan isinya. Hal ini juga tercatat dalam arsip Belanda. Tidak hanya itu, peristiwa ini juga pernah disebutkan oleh Thomas Stamford Raffles dalam buku The History of Java dan dalam buku The Malay Archipelago milik Alfred Russel Wallace. Keduanya sama-sama membahas dampak dari letusan gunung api terhadap kesuburan tanah di sekitar gunung-gunung tersebut.


Laporan mengenai letusan Gunung Papandayan pada tahun 1772 yang ditulis oleh Leupe (1773) dan Hageman (1823) menyebutkan letusan besar terjadi beberap kali dalam waktu 5 menit. Hal itu kemudian disusul dengan runtuhan bagian dari tubuh gunung api ini yang melanda kawasan seluas 250 km². Dampak erupsi Papandayan tahun 1772 menghancurkan 40 kampung dan membentuk danau besar (Wallace, 1890). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat sebanyak 2.951 jiwa menjadi korban akibat runtuhan gunung api yang tercatat sebagai yang terbesar dalam sejarah Indonesia.

Kemudian sekitar tahun 1923, Papandayan kembali mengeluarkan isi perutnya. Taverne (1925) mengatakan bahwa letusan kali ini merupakan seri letusan uap karena setelahnya terbentuk Kawah Baru dan Kawah Nangklak. Setelah saat itu, aktivitas Papandayan sepertinya masih berlanjut, sebab pada tahun 2002 kembali terjadi erupsi. Peristiwa ini diawali oleh letusan freatik pada tanggal 11 November 2002 pukul 16.02, lalu 38 menit setelahnya disusul oleh longsornya dinding bagian utara kawah Nangklak. Sebagai informasi, letusan freatik adalah letusan dengan komposisi air, lumpur, dan gas beracun yang bisa terjadi akibat sesar aktif, gempa hingga gerakan magma ke permukaan.

Imbas dari erupsi pada tahun 2002 di antaranya sekitar 3.349 warga dari 5 desa mengungsi serta terjadi kerusakan berbagai infrastruktur dan beberapa jenis lahan. Status Gunung Papandayan sejak tahun 2002 terbilang fluktuatif, sebab hingga tahun 2012 statusnya adalah siaga. Namun belakangan ini, Gunung Papandayan menjadi destinasi favorit bagi pelancong yang berkunjung ke Garut. Sebetulnya hal ini sudah terbukti sejak masa Karesidenan Priangan. Saat itu Kawah Gunung Papandayan bersama Kawah Gunung Tangkuban Perahu merupakan salah satu destinasi utama.

Jika kita telisik, Gunung Papandayan ini memiliki potensi yang besar dalam sektor pariwisata dan pertanian karena kesuburan tanahnya. Namun perlu kita ingat juga, gunung ini tergolong sebagai gunung api yang cukup aktif. Oleh karena itu, perlu dibuat manajemen bencana, mulai dari langkah preventif, saat tanggap bencana, dan pascabencana. Bencana alam seperti gunung meletus tidak dapat kita cegah dan kita kendalikan, tetapi dengan adanya manajemen bencana dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan.

Sebelum bencana terjadi, pihak berwenang seperti pemerintah dapat melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat sekitar daerah rawan bencana jika tidak ada potensi bencana. Penyuluhan yang dimaksudkan bersangkutan dengan edukasi mengenai apa yang harus dilakukan penduduk sekitar. Jika situasi berpotensi terjadi bencana, pemerintah harus segera mengeluarkan peringatan dini dan melakukan mitigasi bencana. Perlu teknologi yang mumpuni agar peringatan dini dikeluarkan dengan cepat dan tepat.

Adapun saat tanggap darurat, dilakukan analisis secara cepat dan tanggap terhadap lokasi bencana, penyelamatan dan evakuasi masyarakat terimbas, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan terhadap kelompok rentan dan sebagainya. Sedangkan kegiatan yang dilakukan pascabencana dilakukan dengan dua cada, yaitu rehabilitasi dan rekonstruksi. Kegiatan rehabilitasi tersebut di antaranya perbaikan lingkungan daerah bencana, pelayanan kesehatan dan psikologis serta pemulihan dalam sektor ekonomi, dan sosial. Lalu rekonstruksi dilakukan dengan pembangunan kembali sarana dan prasarana dan peningkatan kondisi ekonomi, sosial, serta budaya.


Dengan manajemen bencana yang baik ini, tidak hanya bagi warga sekitar Gunung Papandayan, hal ini dapat dimanfaatkan juga bagi seluruh penduduk di sekitar gunung api aktif di Indonesia. Korban jiwa maupun kerusakan infrastruktur dapat berkurang. Oleh karena itu, perlu usaha bersama dari masyarakat maupun pemerintah untuk mewujudkannya.


----------------------------- 
Sumber : 
https://sejarah.dibi.bnpb.go.id/articles
http://wikipedia.org/




Sejarah Gunung Papandayan - Dahulu, Kini, dan Nanti
  • Title : Sejarah Gunung Papandayan - Dahulu, Kini, dan Nanti
  • Posted by :
  • Date : Desember 14, 2022
  • Labels :

thanks for your comments

Top