728x90 AdSpace

Latest

Sabtu, 24 Februari 2018

Danau Sentarum Danau Musiman Terbesar di Kalimantan Barat


Wisata Lahan Basah Terbesar di Asia

Apakah anda tau letak lahan basah terbesar di asia? Tahukah anda, bahwa lahan basah terbesar di Asia berada di Indonesia? Taman Nasional Danau Sentarum, sebuah Taman Nasional yang terletak di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Indonesia. Yang mana, sebagian dari Taman ini terdiri dari danau. Sudah sepatutnya kita berbangga hati, Negeri kita tercinta, Indonesia memiliki berjuta kekayaan alam yang tidak dimiliki bangsa lain. Taman Nasional ini mencakup Bukit Lanjak, Nanga Kenelang dan Bukit Tekenang untuk melihat panorama danau, bersampan dan pengamatan satwa burung dan penelitian yang dilengkapi sarana laboratorium.

Danau Sentarum merupakan sumber dari aliran sungai kapuas, salah satu sungai terpanjang di Indonesia. Taman Nasional yang memiliki luas 1.320 km² ini, didalamnya hidup berjuta flora dan fauna. Setiap tahunnya selama 10 bulan danau ini di penuhi air, dan ketika surut danau akan telihat seperti membentuk kolam-kolam kecil yang diisi oleh ikan-ikan kecil. Selain keindahan alam, Danau Sentarum juga memiliki keunikan lainnya. Danau yang pada dahulunya tebentuk pada zaman es ini memiliki banyak kekayaan flora dan fauna yang sangat luar biasa yang tidak terdapat di daerah lain. Ada 510 spesies tumbuhan dan 33 spesies endemik TNDS, di antaranya terdapat 10 spesies baru. Dan juga terdapat 141 spesies hewan mamalia TNDS, dan 29 spesies lain diantaranya spesies endemik, dan 64 persen mamalia tersebut endemik Borneo. Danau Sentarum terbilang sebagai salah satu tempat habitat ikan air tawar lengkap di dunia.
Snapsot Wisata Danau Sentarum

Kehidupan masyarakat yang berada di sekitar taman nasional yaitu suku Dayak Iban, Sebaruk, Sontas, Kenyah dan Punan masih tradisional. Rumah panjang (Betang) yang dihuni oleh suku tersebut beragam besarnya, ada yang dihuni lima sampai delapan kepala keluarga dan ada yang dihuni 15 sampai 30 kepala keluarga. Rumah panjang yang dihuni 15 – 30 kepala keluarga, mempunyai panjang rata-rata 186 meter dan lebar 6 meter. Kehidupan di rumah betang memperlihatkan suatu kerukunan, kepolosan dan keramahtamahan suku tersebut, dan biasanya wisatawan akan disuguhi tarian dayak. Aktifitas masyarakat dayak pada umumnya sebagai petani, berkebun, dan menangkap ikan. Ada kala masyarakat dayak menanam buah-buahan dan bagi masyarakat yang tinggal di hulu sungai, biasaya mereka memenuhi kebutuhan dengan cara menangkap ikan dan juga labi-labi.

Taman Nasional Danau Sentarum memiliki tumbuhan khas dan asli yaitu tembesu/tengkawang (Shorea beccariana). Selain itu juga terdapat tumbuhan hutan dataran rendah seperti jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), meranti (Shorea sp.), keruing (Dipterocarpus sp.), dan kayu ulin (Eusideroxylon zwageri). Di Danau ini hidup  265 jenis ikan. Mulai dari yang kecil sekitar 1 cm yaitu ikan Linut (Sundasalax cf. Microps) sampai ikan Tapah (Wallago leeri) yang dapat mencapai ukuran lebih dari 200 cm. Jenis ikan untuk konsumsi seperti ikan Toman, Lais, Belida, Jelawat dan Patin terdapat disini. Jenis ikan hias misalnya ikan Ulanguli (Botia macracantho) dan ikan Siluk Merah Super (Scleropages formosus). Bahkan Buaya Katak atau Buaya Rabin (Crocodylus raninus) yang di Asia telah dinyatakan punah sejak 150 tahun yang lalu diperkirakan masih ditemukan di kawasan ini.

Danau Sentarum juga salah satu surga para birdwatcher. Di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum para wisatawan dapat melihat ikon masyarakat dayak yaitu burung rangkong. Lebih dari 1.519 jenis burung yang ada di indonesia sebagiannya atau 20 persen dari jenis burung dapat di temukan di kawasan Danau Sentarum. Sistem perairan dari danau air tawar dan hutan tergenang ini menjadikan Danau Sentarum tidak seperti danau-danau lainnya. Airnya bewarna hitam kemerah-merahan karena mengandung tannin yang berasal dari hutan gambut di sekitarnya. Pada saat musim hujan, kedalaman air danau tersebut dapat mencapai 6-8 meter dan menyebabkan tergenangnya hutan sekitarnya. Tetapi, pada saat musim kemarau, dimana tinggi air di Sungai Kapuas berangsur-angsur turun, air dari Danau Sentarum akan mengalir ke Sungai Kapuas sehingga debit air di sungai tersebut relatif stabil. Akhirnya pada saat puncak musim kemarau, keadaan Danau Sentarum dan daerah sekitarnya akan menjadi hamparan tanah yang luas. Dan ikan-ikan dari Danau berada di kolam-kolam kecil.


Cara pencapaian lokasi wisata Danau Sentarum : Pontianak-Sintang-Semitau menggunakan kendaraan roda empat sekitar 11 jam atau Sintang-Semitau menggunakan longboat (bandong) ditempuh sekitar tujuh jam. Dari Semitau ke lokasi menggunakan perahu motor jurusan Lanjak. Pontianak-Putussibau dengan pesawat terbang sekitar dua jam dan dari Putussibau ke Nanga Suhaid dengan longboat sekitar tujuh jam.

Klik DISINI untuk menuju ke lokasi dengan Navigasi GoogleMap

Panen Madu Hutan di Danau Sentarum

Tak hanya memiliki panorama alam yang indah, Danau Sentarum juga punya segudang potensi wisata yang menantang dan menarik untuk dikunjungi. Salah satunya adalah menyaksikan langsung proses panen madu hutan. Untuk menyaksikan proses panen madu hutan ini, kita bisa mengunjungi perkampungan yang ada di sana, salah satunya Semangit. Secara adminstratif, Semangit masuk dalam Kecamatan Selimbau.

Desa Semangit hanya bisa ditempuh menggunakan jalur air. Kita bisa menyewa speedboat dari Lanjak dengan harga variatif tergantung kondisi air dengan waktu tempuh sekitar satu jam perjalanan. Lanjak merupakan ibukota Kecamatan Batang Lupar, yang berjarak tempuh sekitar 3 jam dari Kota Putussibau, ibukota Kabupaten Kapuas Hulu. Setibanya di Semangit, kita bisa menghubungi Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS) yang merupakan lembaga yang menaungi kelompok petani madu di sana. Periau merupakan istilah dalam kearifan lokal setempat, yaitu kelompok petani madu. Meski belum dimaksimalkan untuk atraksi wisata, proses panen madu hutan ini benar-benar memberikan sensasi luar biasa.

Menariknya, proses panen madu hutan ini dilakukan tepat pada tengah hari, berkisar antara pukul 11.00 hingga pukul 13.00 WIB, saat matahari sedang terik-teriknya. Dari Semangit, beberapa anggota periau kemudian membawa kami menyusuri salah satu sarang madu hutan yang ada di kawasan danau menggunakan speedboat. Satu speedboat bermesin 15 PK berbahan fiberglas maksimal berisi tiga orang. Apa tidak disengat lebah? Pertanyaan itu kerap muncul saat sebelum mencapai lokasi panen. Jangan khawatir, saat berada di atas speedboat, kita akan diselimuti dengan kelambu dan beberapa pengaman lainnya. Tentu saja, kita wajib menggunakan jaket atau baju lengan panjang serta topi. Untuk menghindari serangan lebah dan tentu saja supaya kulit tidak gosong disengat sinar matahari.

Sebelum memulai proses panen, seorang anggota merapalkan syair-syair senandung. Lirik dalam senandung tersebut, dipercaya masyarakat bisa menggiring lebah untuk menjauh dari sarang. Ada beberapa jenis senandung yang dilantunkan, salah satunya yang mengiringi saya saat memanjat pohon untuk mengambil setiap detail gambar proses panen. Selain diawali dengan bersenandung, orang yang bertugas untuk memanen juga mempersiapkan obor suluh yang dibuat dari bahan akar menyadin (bahasa lokal) yang dirangkai menjadi satu. Asap dari suluh itu juga dimaksudkan mengusir lebah menjauh dari sarang untuk sementara. Lebah hutan Apis Dorsata membuat sarang di dahan buatan yang disebut Tikung yang sengaja ditaruh di dahan pohon-pohon berdahan kecil yang ada di kawasan danau. Penggunaan Tikung ini pun sudah berlangsung puluhan tahun dan dipertahankan hingga saat ini. Tikung dibuat dari batang pohon yang dibelah dengan lebar berkisar 20-30 sentimeter dengan panjang 1,2 hingga 2 meter. Rata-rata setiap periau memiliki 300-500 tikung. Satu sarang lebah yang menempel di Tikung bisa menghasilkan madu hingga 10 kilogram.
Proses panen Madu hutan - Sentarum Lake

untuk proses panen ini, para periau menggunakan teknik panen lestari. Cara ini mulai mereka praktekkan sejak APDS terbentuk pada tahun 2006 silam. Semua peralatan yang digunakan harus steril, termasuk pisau yang digunakan untuk mengiris sarang juga harus berbahan stainless. Bagian sarang yang diambil juga hanya pada bagian kepala, istilah para periau. Hal ini dimaksudkan agar lebah bisa kembali ke sarang tersebut dan bisa berkembang biak sehingga populasinya tetap terjaga. Cara panen pada siang hari juga dimaksudkan supaya lebah bisa mencari tempat hinggap sementara saat sarangnya diambil sebagian. Dengan begitu, sarang lebah tadi bisa dipanen sebanyak dua hingga tiga kali selama masa panen. Usai panen, madu kemudian dibawa kembali ke perkampungan. Nah, proses paska panen ini juga menarik untuk disaksikan.

Sarang lebah yang sudah di panen tadi kemudian diiris-iris dengan memotong jalur pipa yang yang menampung madu. Madu dari sarang itu tidak diperas, melainkan ditiriskan dan menetes menggunakan saringan. Usai diiris, sarang itu kemudian ditiriskan di atas wadah penyaring dari kain kasa yang sangat rapat, sehingga butuh waktu lama untuk menunggu madu tersebut menetes semua. Proses tersebut bisa membuat madu bertahan lebih lama, rasa yang tetap terjaga serta warna yang tetap jernih. sedangkan untuk madu yang diperas, biasanya lebih cepat masam dan tidak bertahan lama serta berwarna lebih keruh.

setelah menetes, madu bisa langsung dikonsumsi. Sarang yang sudah diiris juga masih bisa dihisap madunya. Menarik bukan? Rangkaian proses panen madu hutan ini bisa disaksikan saat musim bunga sudah selesai. Masa panen madu ini biasanya dilakukan pada bulan November hingga Januari.

-----------------------
Sumber:
Kunjungan Lapangan/ wisata
https://ksmtour.com/
http://wikipedia.org/
http://travel.kompas.com/

Penulis : Kontributor Pontianak, Kurnia. I

Danau Sentarum Danau Musiman Terbesar di Kalimantan Barat

thanks for your comments

Top